Ungkap Alasan Impor Jagung, Darmin: Produksi Meleset dan Harga Tinggi
Pemerintah akhirnya buka suara di balik keputusan kembali membuka keran impor untuk komoditas jagung. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan ada dua alasan yang di balik keputusan impor, yaitu karena data produksi dan harga jagung yang tetap tinggi.
Pekan lalu, pemerintah diketahui kembali impor jagung sebanyak 150 ribu ton untuk kebutuhan pakan ternak. Dengan begitu, dalam tiga bulan terakhir, Perum Bulog telah diberi penugasan mengimpor jagung untuk kebutuhan pakan sebanyak 280 ribu ton dalam tiga tahap.
Darmin menyatakan alasan impor antara lain karena data produksi Kementerian Pertanian yang meleset serta harga jagung yang masih tinggi di pasaran. “Ada permintaan jagung dari peternak kecil dan menengah, petelur dan pedaging, terus masuk ke Bulog,” kata dia di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (29/1).
(Baca: Di Balik Anomali Rencana Ekspor Jagung saat Impor Masih Berjalan)
Pada Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) tanggal 22 Januari 2019, Bulog dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diminta untuk melakukan pengecekan situasi dan kondisi panen di Jawa Barat dan Jawa Timur. Pengecekan berdasarkan klaim data Kementerian Pertanian menyebutkan sudah ada jagung hasil panen pada bulan Januari.
Namun, Bulog melaporkan bahwa panen yang terjadi sangat kecil, sehingga harga jagung masih tinggi. Selain dari Bulog, Darmin kemudian juga meminta laporan dari Gubernur Jawa Barat dan Gubernur Jawa Timur untuk memastikan kebenaran data produksi. “Panen belum ada, mungkin masih pertengahan Maret, di Jawa Timur malah bulan April,” ujarnya.