Kemitraan Perusahaan-Peternak Bantu Jaga Stabilitas Harga Ayam

Image title
Oleh Ekarina - Tim Publikasi Katadata
27 Juli 2021, 09:15
Kemitraan Perusahaan-Peternak Bantu Jaga Stabilitas Harga Ayam
ANTARA FOTO/Idhad Zakaria

Peternak ayam potong (broiler) menghadapi tekanan berat akibatnya anjloknya harga jual ayam di masa pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat. Namun, sebagian peternak justru mengaku tak mengalami dampak terlalu parah lantaran terbantu dengan adanya program kemitraan perusahaan.

Salah satu yang terbantu dengan program kemitraan adalah Agung P, peternak mitra asal Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia mengatakan, program kemitraan membuat peternak terlindungi dari fluktuasi harga pasar. Ini dikarenakan mitra perusahaan siap menyerap ayam yang sudah dipanen sesuai kriteria dengan harga jual mengikuti kontrak.

Dengan begitu, peternak tak perlu mendistribusikan hasil panen ke pasar basah, melawati rantai distribusi yang panjang serta menjual lewat tengkulak yang membuat harga jual peternak semakin rendah. Kemitraan peternakan ayam sendiri diamanatkan dalam Permentan No. 13 Tahun 2017 tentang kemitraan usaha peternakan yaitu kerja sama antar usaha peternakan atas dasar prinsip saling memerlukan, memperkuat, menguntungkan, menghargai, bertanggung jawab dan ketergantungan.

"Dengan dinamika harga pasar yang naik turun, sistem kemitraan ini membuat peternak terlindungi. Ketika harga ayam jatuh, akan tetap dibeli sesuai harga kontrak. Sedangkan, jika harga ayam di atas kontrak, kita ada bagi hasil dari keuntungan atau kenaikan selisih harga tersebut," kata Agung kepada Katadata.co.id, Rabu (21/7).

Selain itu, sistem kemitraan juga membuat usaha peternak semakin berkembang karena terus mendapatkan pendampingan sejak memulai usaha. Agung menceritakan bagaimana awalnya ia memulai sistem kemitraan pada 2015 dengan jumlah populasi ayam baru mencapai 5.000 ekor dan sistem kandang tradisional terbuka (open house).

Saat ini, usahanya berkembang dengan sebaran peternakan di tiga lokasi, yakni dua di Sleman dan satu di Gunung Kidul dengan sistem kandang modern atau tertutup (closed house) berpopulasi lebih 60 ribu

Dengan bantuan dari tim techical support perusahaan, dia mendapat edukasi dan pengarahan seputar tata cara pembuatan kandang, instalasi peralatan, mengatur kecepatan angin, suhu ruang, udara dan pencahayaan kandang tertutup sehingga membuat kualitas pertumbuhan ayam menjadi lebih baik dan terhindar dari risiko penyakit.

Ketika kandang siap, ia lantas mendapat pasokan anakan ayam (day old chiks/DOC), pakan, obat vaksin, dan jaminan pemasaran sesuai kontrak tercantum. "Kandang siap, kami melapor ke perusahaan berapa polulasi yang dibutuhkan, lalu mereka akan cek ukuran kandang, nanti dikasih dari breeding farm, anak ayam kebutuhan suhu 33-34 derajat celcius," katanya.

Dengan sistem ini, peternak hanya fokus pada kegiatan produksi dan bertanggang jawab merekrut dan menggaji karyawan, membayar listrik, kebutuhan pemanas dan investasi kandang. Sementara untuk ayam, pakan, obat-obatan diberikan oleh perusahaan yang biayanya nanti dikonversi dari hasil penjualan.

Berkaca dari pengalaman tersebut, dia menyimpulkan sistem kemitraan memberi dampak positif bagi peternak. Sebab, jika dibandingkan dengan peternak mandiri ada beberapa tantangan usaha yang harus dihadapi. Pertama, peternak harus mencari bibit yang sesuai dengan harga rendah masih sulit didapatkan dan harus dibayar di depan.

Masalah berikutnya, yakni pakan. Dengan populasi ayam yang besar maka otomatis kebutuhan pakannya juga semakin tinggi, terlebih ketika ayam semakin besar. Ditambah peternak juga harus memikirkan bagaimana ayam tersebut dapat dijual ketika panen. Oleh sebab itu, dia berharap semakin banyak peternak bergabung di program kemitraan.

Di lain pihak, dia juga berharap pemerintah lebih menggencarkan kampanye makan daging ayam sebagai salah satu sumber protein murah. Terlebih konsumsi daging ayam penduduk Indonesia saat ini masih rendah, yakni sekitar 10-12 kilogram (kg) per kapita per tahun atau kurang dari 1 kilogram per bulan. Angka ini masih jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia yang sudah mencapai 30-40 kilogram per kapita atau Thailand sebesar 10-12 kg per kapita.

Optimalisasi RPHU

Selain dengan kemitraan, anjloknya harga ayam juga bisa diminalisir dengan adanya Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) di sejumlah wilayah. RPHU diharapkan bisa menyerap produksi unggas peternak yang surplus dan memperpanjang usia komoditas tersebut jika dipotong dan dibekukan untuk kemudian dijual ketika harga mulai membaik.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...