Indonesia Masuk Musim Pancaroba, BMKG Ingatkan Waspada Cuaca Ekstrem

Tia Dwitiani Komalasari
30 Oktober 2023, 10:49
Sejumlah kapal nelayan bersandar di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Rabu (28/12/2022). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memprediksi potensi cuaca ekstrem akibat fenomena monsun Asia, seruak udara dingin dan aliran lintas ekuator yang melanda se
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc.
Sejumlah kapal nelayan bersandar di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Rabu (28/12/2022). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memprediksi potensi cuaca ekstrem akibat fenomena monsun Asia, seruak udara dingin dan aliran lintas ekuator yang melanda sejumlah provinsi di Indonesia akan mereda pada tanggal 5-10 Januari 2023.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti seluruh masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan atau pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan. Cuaca ekstrem tersebut dapat menyebabkan bencana  hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor.

"Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis dikutip Senin (30/10).

Dwikorita mengatakan, arah angin bertiup sangat bervariasi. Hal ini mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya.

Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.

Dwikorita menyebut awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh disaat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir dan angin.

Dia mengatakan, curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Oleh sebab itu, dia mengingatkan masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan rawan longsor untuk waspada dan berhati-hati.

Dwikorita mengatakan, BMKG memprediksi awal musim hujan 2023/2024 umumnya akan terjadi pada bulan Oktober - Desember 2023 yaitu sebanyak 477 Zona Musim (ZOM) atau 68,2 persen. Sementara puncak musim penghujan umumnya diperkirakan pada bulan Januari-Februari 2024, yaitu sebanyak 385 ZOM (55,1%).

Selain kepada masyarakat, Dwikorita juga meminta kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan institusi terkait untuk melakukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologis selama musim hujan.

Hal itu terutama di wilayah yang mengalami sifat musim hujan atas normal  atau lebih basah dibanding biasanya. Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor.

Selain itu, tambah Dwikorita, Pemerintah Daerah diharapkan dapat lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana yang mungkin terjadi selama musim hujan serta pentingnya memperhatikan peringatan dini.

"Pemerintah daerah dan sektor terkait juga diharapkan dapat menjadikan informasi Prakiraan Musim Hujan 2023/2024 ini sebagai acuan untuk menyusun rencana aksi dini, dalam rangka menekan kerugian yang dapat ditimbulkan adanya bencana hidrometeorologis," ujarnya.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 3.056 peristiwa bencana alam di Indonesia selama periode 1 Januari-3 Oktober 2023.

Mayoritas bencana alam tersebut berupa banjir, yaitu sebanyak 893 kejadian, diikuti cuaca ekstrem 861 kejadian.




Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...