Pertamina Gandeng ExxonMobil Garap Proyek CCS Rp 31,4 Triliun
PT Pertamina dan ExxonMobil bekerja sama untuk mengembangkan teknologi penangkapan karbon di Laut Jawa yang memiliki kapasitas mencapai 3 giga ton karbondioksida (CO2) dengan nilai investasi di atas US$ 2 miliar atau setara dengan Rp 31,4 triliun.
Penandatanganan perjanjian terkait CCS di sela-sela Pertemuan Bilateral Amerika Serikat-Indonesia di Washington DC, pada Senin (13/11) waktu setempat. Perjanjian tersebut mencakup: Amendemen Pokok-pokok Perjanjian (Head of Agreement/HoA) yang memungkinkan kemajuan lebih lanjut CCS Hub oleh Pertamina dan ExxonMobil serta Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Pemerintah Indonesia dan ExxonMobil.
Amendemen HoA ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President of Low Carbon Solutions, ExxonMobil Asia Pacific Pte Ltd Irtiza Sayyed. Perjanjian ini mencerminkan komitmen Pertamina dan Exxon untuk memajukan evaluasi bersama CCS Hub di barat laut Laut Jawa. Evaluasi bersama itu mencakup penyusunan rencana untuk menjajaki kampanye pengeboran, yang akan memverifikasi kapasitas injeksi ke dalam saline aquifer (akuifer asin) yang ditargetkan.
Sementara itu, MoU antara Pemerintah Indonesia dan ExxonMobil ditandatangani oleh Deputi Bidang Kedaulatan Maritim dan Energi, Kementerian Koordinasi Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi dan VP ExxonMobil Chemical International Major Growth Ventures Ltd, Zoe Barinaga. MoU ini berisi kesepakatan untuk menjajaki evaluasi dan pengembangan kompleks petrokimia mutakhir di Indonesia. Kompleks potensial ini akan menghasilkan polimer berkualitas tinggi untuk memenuhi permintaan pasar Asia yang terus bertumbuh.
"Rencana investasi ini akan dirancang sebagai kompleks Petrokimia yang rendah emisi, yang akan memanfaatkan peluang penyimpanan CO2 di sekitarnya, seperti CCS Hub yang sedang dievaluasi oleh Pertamina dan ExxonMobil," ujar Jodi dalam keterangan tertulis, yang dikutip Selasa (14/11).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad-Interim Erick Thohir mengatakan dua perjanjian ini menandakan langkah penting Indonesia dalam perjalanannya menjadi pemimpin dalam pengurangan emisi. Teknologi mutakhir di balik CCS Hub dan kompleks petrokimia tidak hanya mengurangi emisi tetapi juga mendorong industri rendah karbon, menciptakan lapangan kerja, dan menarik investasi. "Produk hilirisasi dari kompleks petrokimia ini akan memberikan manfaat yang signifikan bagi perekonomian Indonesia," ujar Erick.
ExxonMobil merupakan perusahaan energi multinasional. Perusahaan AS ini sedang mempertimbangkan beberapa lokasi di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk investasi besar di sektor petrokimia dalam dekade mendatang. Investasi ini akan menjadi salah satu kompleks petrokimia tercanggih di dunia.
"Kami bangga dapat berkolaborasi dengan Pertamian dan Pemeirntah INdonesia dalam proyek-proyek transformatif ini. ExxonMobil menginvestasikan US$ 17 miliar dalam inisiatif penurunan emisi sejak 2022 hingga 2027, termasuk upaya untuk meningkatkan CCS guna mendukung pengurangan emisi bagi pihak ketiga dan operasinya sendiri," ujar Jack P Williams, Senior Vice President, ExxonMobil Corporation.