Perubahan Iklim Jadi Biang Kerok Inflasi, Hambat Pertumbuhan Ekonomi

 Zahwa Madjid
14 November 2023, 20:34
Foto udara area genangan Waduk Bili-Bili yang mengering di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Minggu (29/10/2023). Waduk yang menjadi sumber air baku PDAM, PLTA dan irigasi pertanian di daerah itu mengalami penyusutan debit air akibat kemarau dan fenomena
ANTARA FOTO/Arnas Padda/nz
Foto udara area genangan Waduk Bili-Bili yang mengering di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Minggu (29/10/2023). Waduk yang menjadi sumber air baku PDAM, PLTA dan irigasi pertanian di daerah itu mengalami penyusutan debit air akibat kemarau dan fenomena El Nino dengan elevasi saat ini mencapai 77 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan volume air sekitar 36,96 juta meter kubik sementara elevasi normal setinggi 99,50 mdpl dengan volume air sekitar 259,37 juta meter kubik.

Perubahan iklim menjadi penyebab inflasi tinggi di seluruh dunia. Inflasi yang tinggi menjadi salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi. 

Hal ini diungkapkan oleh ekonom sekaligus profesor Universitas Cornell, Amerika Serikat, Iwan Jaya Azis. Dia mengatakan, salah satu contoh perubahan iklim adalah El Nino yang membuat  curah hujan rendah dan musim kering yang ekstrem.

“Makanya seperti adanya El Nino yang bikin semua harga-harga naik. Itulah penyebab inflasi,” kata Iwan dalam acara Global Economic Outlook Asia Rising 2024: Resilience & Adaptability yang diselenggarakan oleh OCBC, Selasa (14/11).

Senada dengan Iwan, Managing Director of Investment Strategy and Wealth Management dari OCBC Singapura, Vasu Menon, juga menilai perubahan iklim yang semakin parah akan menyebabkan krisis yang semakin tinggi.

“Perubahan iklim itu benar-benar terjadi dan sangat terasa perbedaanya. Jika ini (perubahan iklim) semakin memburuk, krisis yang lebih tinggi akan terjadi,” kata Vasu.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengatakan bahwa perjalanan Indonesia untuk naik kelas menjadi negara berpenghasilan tinggi atau negara maju tidak akan mudah karena dihadapkan pada risiko guncangan, antara lain akibat perubahan iklim.  

"Untuk menjadi negara maju, itu harus disiapkan setahap demi setahap secara tekun, konsisten, dan teliti. Tapi kita juga dihadapkan pada kemungkinan shock, seperti terjadinya perubahan iklim yang saat ini sudah terjadi, seperti El Nino," ujar Sri Mulyani dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2023 di Jakarta, Kamis (20/7).

Sri Mulyani mengatakan, konsekuensi keuangan yang dihadapi jika perubahan iklim tidak diantisipasi sangat besar. Namun, biaya yang dibutuhkan juga tidak sedikit. Ia mengatakan, 60% pembangkit listrik di Indonesia masih berbasis batu bara yang menghasilkan emisi dalam jumlah besar.

Inflasi jadi satu dari sejumlah masalah negara yang paling dikhawatirkan banyak orang di belahan dunia. Ini tercantum dalam survei Ipsos Global yang bertajuk What Worries the World?.

"Hampir empat dari sepuluh (atau 39%) di 29 negara memilih inflasi sebagai salah satu kekhawatiran terbesar yang dihadapi negara mereka," tulis Ipsos dalam laporannya. 

 Ipsos menyebut, kekhawatiran akan biaya hidup secara global mencapai puncaknya di angka 43% pada Februari lalu. Sejak saat itulah, isu ini dinilai sebagai masalah negara terbesar tahun ini.

Reporter: Zahwa Madjid

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...