12 Juta Ton Sampah Plastik Menumpuk di RI, Terjadi Antrean Truk ke TPA
Indonesia menghasilkan 12,87 juta ton sampah plastik pada 2023. Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan sampah plastik masih menjadi isu serius yang dihadapi Indonesia,
Rosa mengatakan, kondisi tersebut menyebabkan penanganan sampah plastik menjadi fokus dalam Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 yang diperingati 21 Februari.
"Kenapa kita pilih sampah plastik? Ada 12,87 juta ton per tahun sampah plastik dan ini hitungannya belum dipilah data dari SIPSN, Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. Ini data tahun 2023," ujarnya dikutip dari Antara, Rabu (7/2).
Dia mengatakan, tema tersebut sesuai dengan target pengurangan sampah plastik ke laut yaitu 70 persen pada 2025. Hal itu tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.
Rosa mengatakan, tema itu juga diambil untuk menjadikan HPSN 2024 sebagai momentum memperkuat posisi Indonesia dalam International Legally Binding Instrument on Plastic Pollution, yaitu instrumen internasional dengan ketentuan mengikat untuk mengatasi isu polusi plastik.
"Kita mau mengajak masyarakat pada kesempatan ini untuk lebih aware lagi tentang penanganan sampah plastik, memperkuat kerja sama, memperkuat stakeholders untuk bagaimana kita menangani sampah plastik tapi dengan cara produktif," kata Rosa.
Peringatan HPSN dilaksanakan setiap 21 Februari untuk mengenang peristiwa longsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah di Jawa Barat pada 2005. Kejadian itu menewaskan lebih dari 140 orang yang kebanyakan bekerja sebagai pemulung.
Antrean di TPA
Darurat sampah masih terjadi di sejumlah daerah, misalnya saja Kota Bandung. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung membentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengelolaan Sampah guna mengakselerasi tren positif pengolahan sampah selesai di sumber.
Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna, volume sampah harian Kota Bandung yang dikirim ke TPA Sarimukti berkurang, dari yang awalnya sekitar 1.300 ton menjadi sekitar 900 ton.
Dia mengakui bahwa penanganan sampa tidak secepat yang diharapkan. Namun, pengolahan sampah tersebut menunjukkan progress positif.
"Intinya jangan pernah berpikir penanganan sampah kembali ke masa lalu. Harus ada keberlanjutan untuk mewujudkan Bandung zero waste city," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi memaparkan proses truk kontainer yang telah diangkut dari TPS Kota Bandung ke TPA Sarimukti sering berfluktuasi.
"Rata-rata 178 ritase perhari atau 974 ton per hari dengan sisa kuota 3.168 ritase," ujarnya.
Ia menyebut sering terjadi antrean di TPA Sarimukti yang mengakibatkan banyak kendaraan menginap dan berdampak pada penumpukan di TPS.
"Kendala tersebut berimbas pada TPS. Dari 255 TPS, ada 13 TPS yang perlu pengangkutan intensif dan perlu penambahan satu hingga tiga tronton untuk menyelesaikan pengangkutan," kata Dudy.