ESDM Ungkap Potensi Hidrogen di Papua, Bisa Diekspor ke Jepang

Tia Dwitiani Komalasari
21 Februari 2024, 15:05
Pekerja mengecek tabung yang berisikan hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (20/11/2023). PT. PLN (Persero) resmi menciptakan 21 unit hidrogen dengan kemampuan produksi hingga 199 ton hidrogen per tahun
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/tom.
Pekerja mengecek tabung yang berisikan hidrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (20/11/2023). PT. PLN (Persero) resmi menciptakan 21 unit hidrogen dengan kemampuan produksi hingga 199 ton hidrogen per tahunnya yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan mobil sebagai energi terbarukan.
Button AI Summarize

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) mengungkapkan terdapat potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di wilayah Papua yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi hidrogen. Sejumlah negara telah tertarik untuk mengimpor hidrogen hijau dari Indonesia, termasuk di antaranya Jepang.

"Ada potensi PLTA yang cukup besar di sana, pak menteri sudah memikirkan di situ segera dimanfaatkan salah satunya produksi hidrogen dan amonia," ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan sekaligus Plt Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, di Jakarta, Rabu (21/2).

Dia berharap potensi hidrogen bisa dikaji lebih dalam. Selain sumber daya, kajian juga diperlukan untuk menelaah lebih jauh mengenai pemanfaatan hidrogen.

"Apakah sebagian besar diekspor atau digunakan dalam negeri," ujarnya.

Jisman mengatakan, Jepang sudah  mengincar impor hidrogen hijau dari Indonesia. Namun, negara matahari terbit tersebut belum menyepakati harga listrik pembangkit hidrogen yang dinilai masih terlalu tinggi. 

"Pihak Jepang menginginkan asal harga listriknya 5 sen masih di-absorb," ujarnya.

Potensi Hidrogen

Sementara itu, Jisman mengatakan, hidrogen diharapkan menjadi salah satu kontributor transisi energi. Hidrogen juga  memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global dan sebagai salah satu strategi utama pemerintah dalam menjalankan peta jalan atau roadmap menuju netral karbon di tahun 2060.

Ia mengatakan, Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar, tersebar, dan beragam dengan total potensinya mencapai 3.689 gigawatt (GW). Potensi EBT tersebut berasal dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi, dan juga laut.

"Hidrogen juga dapat digunakan pada berbagai macam sektor untuk tujuan dekarbonisasi pada sektor yang tidak mungkin atau sulit untuk diredakan seperti transportasi long distance, shipping, aviation, steel production, pemanasan industri, dan manufaktur," ujarnya.

Ia mengatakan sasaran utama pengembangan hidrogen di Indonesia ialah tercapainya target penurunan emisi dalam enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) dan net zero emission (NZE) melalui proses transisi energi dan dekarbonisasi sistem energi global.

"Untuk mencapai sasaran utama tersebut, Indonesia akan mengembangkan hidrogen sebagai upaya mendukung pengembangan EBT, upaya dekarbonisasi transportasi dan industri serta sebagai komoditas yang dapat diekspor," ujarnya pula.

Pemerintah Indonesia, kata Jisman, akan terus mendorong agar ekosistem hidrogen nasional dapat terbentuk. Dengan demikian, pengembangan infrastruktur strategis yang memungkinkan keterlibatan berbagai peran dari semua pemangku kepentingan dapat tercipta demi tercapainya keekonomian hidrogen di Indonesia.

"Ini penting ya. Ketika nanti skala ekonominya belum, ya tentu belum bisa kita dorong, tetapi ketika nanti skala ekonominya sudah terbentuk dan besar demand-nya, maka kecenderungan harga akan turun. Itu yang paling penting," kata Jisman.

Reporter: Rena Laila Wuri

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...