AS dan Cina Bekerja Sama Kurangi Emisi Metana
Kerja sama antara Amerika Serikat (AS) dan Cina untuk menurunkan emisi gas metana mengalami kemajuan. Wakil Utusan Khusus AS untuk Perubahan Iklim Rick Duke mengatakan ada peluang bagi Beijing untuk memangkas emisi dari sektor batu baranya yang sangat besar dengan biaya yang kecil atau bahkan tanpa biaya sama sekali.
Duke mengatakan kepada Reuters bahwa kedua negara, yang merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, bekerja sama untuk mengekang gas yang sangat kuat ini sebagai bagian dari sebuah kelompok kerja. Kerja sama ini bertujuan untuk mengatasi krisis iklim.
"Kami memang sedang dalam proses mendorong kerja sama tersebut. Ini adalah kesempatan yang luar biasa, mengingat besarnya potensi mitigasi di kedua negara, terutama di Cina," ujarnya kepada Reuters di sela-sela forum metana di Jenewa, pada Selasa (19/3).
Metana adalah penyebab perubahan iklim terbesar kedua setelah karbondioksida dan dalam jangka pendek memiliki efek pemanasan yang jauh lebih tinggi. Namun, umurnya yang pendek di atmosfer dunia dibandingkan dengan gas rumah kaca lainnya berarti tindakan terhadap metana dapat memberikan hasil yang lebih cepat.
Duke memuji upaya Cina sejauh ini dalam menetapkan target metana. "Tidak ada yang sebanding dengan kecepatan manfaatnya bagi iklim, dalam mengurangi metana. Oleh karena itu, memiliki penghasil emisi terbesar di dunia yang bergabung dalam upaya tersebut melalui arsitektur Perjanjian (iklim) Paris sangatlah penting," ujarnya.
Emisi Metana dari Tambang Batu Bara
Menurut Duke, metana yang merembes dari tambang batu bara di Cina mencapai 700 juta ton emisi per tahun. Gas ini dapat dihilangkan dengan biaya yang sangat rendah atau bahkan tanpa biaya. "Kami sangat antusias dengan potensi yang ada di sana," ujarnya.
Menurut data Kayrros - perusahaan yang melacak emisi - Cina adalah sumber metana terbesar di dunia dari tambang batu bara, dengan 28% titik emisi metana terbesar di dunia.
Beijing telah mengirimkan sebuah tim ke pertemuan yang diselenggarakan oleh PBB di Jenewa. Pertemuan ini merupakan pertemuan terbesar yang pernah ada mengenai topik ini dan bertujuan untuk membantu negara-negara memenuhi janji metana mereka.
Liu Wenge, wakil presiden dari Kementerian Manajemen Darurat, mengatakan pada pertemuan tersebut bahwa Cina berkomitmen untuk memperkuat pengendalian emisi metana di sektor-sektor utama dan bekerja sama dengan semua negara.
Upaya untuk memantau metana semakin maju dengan meningkatnya jumlah satelit yang meningkatkan pemantauan dari luar angkasa, termasuk melalui observatorium baru PBB.
Duke mengatakan bahwa upaya-upaya tersebut merupakan kunci untuk mengidentifikasi apa yang disebut sebagai "penghasil emisi super" dari perusahaan-perusahaan minyak dan gas. "Ini sangat tepat waktu dan penting. AS dan mitra memastikan bahwa data yang dikumpulkan akan digunakan untuk aksi (menurunkan emisi) metana, bukan sekadar data," katanya.