Ambisi Biodiesel Prabowo - Gibran Butuh Lahan Sawit 23 Juta Hektare

Rena Laila Wuri
28 Maret 2024, 14:08
Foto udara kendaraan melintas di areal perkebunan sawit milik salah satu perusahaan di Pangkalan Banteng, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (7/11/2022). Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat luas areal lahan perkebunan saw
ANTARA FOTO/Makna Zaezar/hp.
Foto udara kendaraan melintas di areal perkebunan sawit milik salah satu perusahaan di Pangkalan Banteng, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (7/11/2022). Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat luas areal lahan perkebunan sawit di Indonesia pada tahun 2022 yaitu mancapai 16,38 juta hektare (ha) yang dimana sebanyak 5 persen atau sekitar 800 ribu ha milik BUMN, 53 persen atau sekitar 8,64 juta ha milik swasta dan 42 persen sekitar 6,94 juta milik rakyat.
Button AI Summarize

Presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka berencana membawa Indonesia menjadi raja energi hijau dunia melalui pengembangan produk biodiesel dan bioavtur dari kelapa sawit, serta bioetanol dari tebu dan singkong. Hal itu tercantum dalam dokumen visi misi Prabowo - Gibran saat menjadi calon presiden dan wakil presiden.

"Selanjutnya, Prabowo-Gibran akan melakukan program B50 dan campuran etanol E10 dengan sumber daya yang ada pada 2029," tulis dokumen tersebut.

Menanggapi rencana itu, Greenpeace Indonesia menyebut biodiesel, bioavtur, bioetanol adalah industri ekstraktif yang tinggi emisi. Dipercepatnya implementasi biodiesel akan semakin mempercepat ekstensifikasi lahan sawit.

“Karena tinggi lahan, intensitas penggunaan lahannya tinggi. Mau tebu, mau singkong, mau kelapa sawit itu pasti akan menggunakan lahan,” kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, Rabu (27/3).

Hal ini disampaikan Iqbal saat Diskusi Publik Refleksi Kritis Hasil Pemilu 2024: Bagaimana Arah Transisi Energi Indonesia 5 Tahun Mendatang? Di Jakarta, Rabu (27/3).

Iqbal juga menyinggung soal penggunaan biomassa yang digunakan untuk co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Menurutnya, penggunaan teknologi co-firing juga memerlukan banyak lahan karena pemenuhan biomassa.

Hal itu akan berdampak pada pembukaan lahan baru yang dapat mengakibatkan deforestasi. Greenpeace menjelaskan tiga skenario yang memprediksi kebutuhan lahan dalam mewujudkan program kerja ambisius ini.

Pertama, business as usual atau yang sekarang sedang dijalankan yaitu Biodiesel 35 (B35). Kedua, alokasi biodiesel ambisius sampai B40 dalam rentan waktu tertentu. Ketiga, alokasi biodiesel agresif B50 sampai 2042.

Butuh 7 Juta Hektare Lahan Baru

Greenpeace memprediksi adanya peningkatan signifikan permintaan minyak sawit untuk konsumsi Indonesia dari 2023 hingga 2042. Untuk memenuhi permintaan tersebut, dibutuhkan minyak sawit mencapai 67,1  juta ton pada skenario pertama.

Akan tetapi dengan menggunakan skenario ketiga seperti dicanangkan Prabowo-Gibran, maka setidaknya membutuhkan 75 juta ton minyak sawit. Kenaikan permintaan ini juga berdampak kepada kebutuhan untuk memperluas kebun sawit.

Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...