Kementerian ESDM Ungkap Dua Tantangan Pencapaian NZE di Indonesia

Image title
5 September 2024, 17:48
Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, saat menjadi pembicara kunci dalam acara Katadata Sustainability Action For The Future Economy (SAFE) 2024, di Jaka
Fauza/Katadata
Direktur Jendral Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, saat menjadi pembicara kunci dalam acara Katadata Sustainability Action For The Future Economy (SAFE) 2024, di Jakarta Kamis (8/8).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, mengatakan Indonesia menghadapi dua tantangan besar dalam mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.

"Tantangan pertama adalah bagaimana mengurangi emisi dari pembangkit listrik yang ada melalui pengurangan atau penghentian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara," ujar eniya dalam gelaran Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta, Kamis (5/9).

Eniya mengatakan, hal tersebut menjadi tantangan karena sampai dengan saat ini, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia sekitar 91 gigawatt (GW). Sebagian besar pembangkit listrik tersebut berasal dari batubara, sedangkan energi baru dan terbarukan sekitar 13 GW.

"Tantangan kedua adalah bagaimana membawa lebih banyak energi terbarukan untuk menggantikan bahan bakar fosil yang ada, dan tentunya untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan tumbuh sekitar 4% per tahun," ujarnya.

Menurutnya, untuk mencapai NZE pemerintah Indonesia merencanakan lebih dari 367 GW energi yang bersumber dari EBT harus terpasang hingga 2060.

Adapun komposisi dari EBT terdiri dari tenaga surya yang mencapai sekitar 115 GW atau sebagai pembangkit terbesar, kemudian pembangkit listrik tenaga air atau hidro sebesar 41 GW, angin menjadi 37 GW pada 2060.

"Perlu dicatat bahwa tidak ada tambahan pembangkit listrik tenaga batubara setelah 2030," ujarnya.

Untuk itu, Eniya mengatakan pemerintah mengundang banyak investasi pada sistem energi di indonesia. Menurutnya Indonesia memerlukan US$ 40 miliar untuk mencapai target kami sebesar 23% dalam campuran energi kami dan jaringan kami.

"Jadi, kami memerlukan investasi sebesar 8,2 gigawatt energi terbarukan hingga akhir tahun depan. Ini adalah tantangan besar jika kami ingin meningkatkan energi terbarukan dan campuran energi kami," ungkapnya.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...