Meski Limbah Berlimpah, Indonesia Butuh 500 Ribu Ton Impor Sampah Plastik

Ringkasan
- Untuk memburamkan WhatsApp pada laptop dan komputer, gunakan ekstensi browser seperti WA Web Plus for WhatsApp atau Privacy Extension for WhatsApp Web pada Google Chrome.
- Pengguna Mozilla Firefox dapat memanfaatkan ekstensi "Blur for WhatsApp Web" untuk memburamkan tampilan chat.
- Memblurkan WhatsApp Web memberikan manfaat seperti melindungi privasi, mencegah orang lain mengintip isi pesan, dan memberikan rasa aman saat digunakan di tempat umum.

Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), menilai Indonesia harus memperbaiki manajemen pengolahan sampah untuk dapat menghentikan impor sampah plastik. Sebagaimana diketahui, pemerintah berencana untuk menghentikan impor sampah plastik pada awal tahun 2025.
Sekretaris Jenderal Inaplas, Fajar Budiono, mengatakan penghentian impor sampah plastik harus dilakukan secara perlahan. Pasalnya, sampai dengan saat ini industri di pengolahan di Indonesia memiliki kapasitas sebesar 2 juta ton sedangkan yang mampu dipenuhi baru sebesar 1,5 juta ton.
"Sebenarnya kalau impor sampah plastik itu harusnya perlahan-perlahan harus dikurangin karena recycle rate kita itu masih cukup rendah," ujar Fajar saat ditemui di Jakarta, Kamis (30/1).
Fajar mengatakan, perbaikan manajemen pengolahan sampah penting dilakukan untuk meningkatkan produktifitas sampah dari sisa produk di dalam negeri. Dengan begitu maka impor sampah plastik tidak lagi diperlukan untuk menutupi kekurangan kebutuhan industri dalam negeri.
Lanjutnya, Ia berharap pemerintah juga dapat berperan dengan membuat standart penggunaan plastik di Indonesia. Di mana, saat ini sampah plastik jenis High Density Polyethylene (HDPE) di Indonesia memiliki nillai keekonomian yang rendah.
"Karena sekarang pemerintah mengatakan standar oke yang semua packaging harus ketebalan tertentu, mungkin 20 mikron ke atas. Nanti pemulung kan makin siap. HDPE adalah kantong. Nah, kantong ini dibuatlah standar yang lebih tinggi, jangan yang kecil-kecil, yang tipis-tipis yang pertama. Kedua, yang multi-layer," ujarnya.
Dengan begitu, maka pengepul tidak hanya mengumpulkan jenis sampah plastik Polietilena Teredtalat (PET) saja tetapi juga HDPE. Fajar mengatakan, dengan adanya kebijakan tersebut maka pengepul dapat meningkatkan pengumpulan sampah jenis HDPE.
Selain itu, untuk mendukung program pemerintah, pelaku industri juga harus dapat memperbaiki diri dengan menyerap produksi sampah plastik domestik.
"Jadi ini kan harus semua pihak berusaha. Dari industri recycle-nya juga berusaha untuk ngambil dari lokal, suplai lokalnya juga harus berbagi kualitasnya," ucapnya.