Tuan Rumah COP30, Brasil, Bergabung dengan OPEC+

Hari Widowati
19 Februari 2025, 15:53
Pemerintah Brasil menyetujui untuk bergabung dengan OPEC+, sebuah kelompok negara pengekspor minyak utama, pada Selasa (18/2).
ANTARA FOTODiego Vara /aww.
Pemerintah Brasil menyetujui untuk bergabung dengan OPEC+, sebuah kelompok negara pengekspor minyak utama, pada Selasa (18/2).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pemerintah Brasil menyetujui untuk bergabung dengan OPEC+, sebuah kelompok negara pengekspor minyak utama, pada Selasa (18/2). Ini menandakan evolusi negara ini menjadi negara produsen minyak utama, hanya sembilan bulan sebelum menjadi tuan rumah konferensi iklim tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP30.

Persetujuan Dewan Nasional untuk Kebijakan Energi datang sebagai tanggapan atas undangan resmi pada tahun 2023. Kelompok ini mencakup 12 anggota OPEC, kelompok yang telah lama dibentuk untuk mengoordinasikan produksi minyak untuk menstabilkan pasar. Kemudian, ada 10 negara penghasil minyak yang signifikan dengan Rusia sebagai yang terbesar ditambahkan ke dalam kelompok tersebut.

Menteri Pertambangan dan Energi Brasil Alexandre Silveira mengatakan meskipun anggota non-OPEC setuju untuk bekerja sama dengan negara-negara OPEC, Brasil tidak akan memiliki kewajiban yang mengikat seperti pengurangan produksi.

Partisipasi ini akan terbatas pada Piagam Kerjasama, sebuah forum permanen untuk negara-negara OPEC dan OPEC+ untuk mendiskusikan isu-isu yang berhubungan dengan industri. Negara Amerika Selatan ini tidak akan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Silveira menyebut piagam ini sebagai sebuah forum untuk mendiskusikan strategi di antara negara-negara penghasil minyak. Kita tidak perlu malu sebagai produsen minyak. "Brasil harus tumbuh, berkembang, dan menciptakan pendapatan dan lapangan kerja," ujar Silveira seperti dikutip The Associated Press (AP).

Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva memulai masa jabatan ketiganya pada 2023 dengan menggembar-gemborkan dirinya sebagai seorang pembela lingkungan hidup. Ia telah bekerja untuk mengurangi deforestasi di hutan hujan Amazon serta melindungi hak-hak masyarakat adat. Namun, ia juga berpendapat bahwa pendapatan minyak baru dapat membiayai transisi ke energi hijau.

Dalam beberapa minggu terakhir, ia mendesak regulator lingkungan hidup negara itu untuk menyetujui pengeboran eksplorasi di dekat muara Sungai Amazon. Padahal, kawasan itu adalah salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.

Menurut Energy Information Administration (EIA), Brasil adalah produsen minyak terbesar ketujuh di dunia, dengan sekitar 4,3 juta barel per hari, atau 4% dari produksi dunia. Pada 2024, minyak mentah menjadi produk ekspor utama negara ini, menyumbang 13,3% dari penjualan luar negeri Brasil, melampaui kedelai.

AS adalah produsen minyak terbesar di dunia dengan hampir 22 juta barel per hari. Arab Saudi, produsen terbesar di OPEC, memproduksi sekitar 11 juta barel per hari.

Pro dan Kontra Soal Bergabungnya Brasil ke OPEC+

"Langkah Brasil ini komprehensif dan koheren,” kata Luís Eduardo Duque Dutra, seorang pakar minyak dan profesor di departemen kimia di Universitas Federal Rio Janeiro. Ia mencatat bersamaan dengan OPEC+, Dewan Energi juga menyetujui keanggotaan Brasil di dua badan lain, yaitu Badan Energi Internasional dan Badan Energi Terbarukan Internasional.

“Hal ini membantu melacak situasi global, sesuai dengan semakin pentingnya negara ini setelah mengembangkan cadangan pra-garam (minyak lepas pantai) dan potensi energi angin dan matahari,” katanya kepada The Associated Press (AP).

Ia juga mengatakan bahwa Brasil akan mendapatkan keuntungan dari hubungan dengan negara-negara lain: “Di masa perang dagang, informasi sama berharganya dengan emas.”

Namun, upaya Lula untuk meningkatkan produksi minyak telah menuai kritik karena Brasil bersiap untuk menjadi tuan rumah pertemuan iklim PBB yang dikenal sebagai COP30 pada bulan November. Dorongan utama dari pembicaraan iklim tahunan ini adalah untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, yang ketika dibakar akan melepaskan gas-gas rumah kaca yang memanaskan planet ini.

“Masuknya Brasil ke dalam badan OPEC merupakan tanda lain dari kemunduran pemerintah,” ujar Suely Araújo, juru bicara Climate Observatory, sebuah jaringan yang terdiri dari 133 kelompok lingkungan hidup, masyarakat sipil, dan akademisi.

Menurutnya, hal ini membuka area baru untuk eksplorasi bahan bakar fosil dan mengindikasikan Brasil memilih solusi dari masa lalu dalam menghadapi tantangan besar di masa sekarang dan masa depan.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...