Keindahan Kaimana Dirangkum dalam Film Dokumenter, Ekowisata Berbasis Konservasi

Ringkasan
- Yayasan Konservasi Indonesia meluncurkan dokumenter pendek tentang kawasan konservasi Kaimana, Papua Barat, dengan melibatkan aktris Prilly Latuconsina sebagai pemerhati lingkungan.
- Kaimana merupakan destinasi ekowisata konservasi berkelanjutan yang menunjukkan peningkatan jumlah pengunjung lokal dan mancanegara setelah upaya konservasi.
- Tradisi Sasi Nggama yang diterapkan di Kaimana menjaga sumber daya laut melalui sistem buka tutup untuk memanen hasil laut, kecuali beberapa spesies tertentu.

Yayasan Konservasi Indonesia meluncurkan dokumenter singkat terkait kawasan konservasi Kaimana, Papua Barat hari ini, Selasa (25/2). Dalam dokumenter ini, mereka menggaet aktor sekaligus pemerhati lingkungan Prilly Latuconsina untuk berperan sekaligus menjelajahi Kaimana.
“Di dokumenter pendek bersama Konservasi Indonesia, kita full kasih lihat ke publik keindahan alam Indonesia di mana akhirnya sense of belonging kita terhadap alam kita sendiri itu jadinya tinggi,” kata Prilly dalam acara peluncuran video pendek dokumenter “Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan” oleh Konservasi Indonesia di Jakarta, Selasa (25/2).
Kaimana adalah salah satu destinasi ekowisata berbasis konservasi yang berkelanjutan. Daerah ini juga ditetapkan sebagai daerah konservasi alam sejak 2019 lalu lewat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/2019.
Kepala Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan KKP Kaimana-Fakfak, Eli Auwe, menuturkan perkembangan ekowisata di Kaimana terasa signifikan usai konservasi. Data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Kaimana mencatat jumlah wisatawan lokal naik setiap tahunnya.
“Di tahun 2015 awalnya hanya 86 orang, kemudian naik menjadi 1.228 orang di tahun 2019. Sedangkan, pada rentang tahun yang sama, jumlah wisatawan mancanegara rata-rata mengalami kenaikan adalah 15% setiap tahunnya. Terakhir di tahun 2024, BLUD mencatat ada 797 wisatawan asing yang berwisata di dalam kawasan konservasi Kaimana,” ungkap Eli.
Raja Namatota, Randi Asnawi Ombaier, sepakat dengan Eli. Menurutnya, konservasi membantu mengelola sumber daya alam sekaligus membuka peluang pendapatan baru.
“Kami membuat desa wisata di Namatota dengan memanfaatkan kehadiran hiu paus yang membuat banyak turis datang di sekitar desa kami. Kami sangat menyambut wisatawan yang ingin datang menyaksikan keindahan alam dan berpartisipasi dalam perlindungan ekosistem,” sebut Raja Namatota.
Adapun Kaimana memiliki tradisi Sasi Nggama untuk menjaga sumber daya laut yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Tradisi ini menerapkan sistem buka tutup untuk memanen hasil laut. Namun, tidak semua hasil laut yang di’sasi’, misalnya teripang hingga lobster.
“Sistem buka tutup ini sebenernya jangka waktunya tidak tentu, kadang enam bulan, setahun, dua tahun. Tergantung keperluan masyarakat,” ujar Raja Randi.