FAO: Konflik dan Iklim Mendorong Rekor Kelaparan Global pada 2024

Hari Widowati
19 Mei 2025, 08:00
FAO, kelaparan, konflik, cuaca ekstrem
UNICEF/Abed Zagout
Seorang anak berusia delapan tahun menunggu gilirannya untuk menerima makanan di Rafah, di Jalur Gaza selatan.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Kerawanan pangan akut dan malnutrisi anak meningkat selama enam tahun berturut-turut pada tahun 2024. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyebut hal itu mempengaruhi lebih dari 295 juta orang di 53 negara dan wilayah.

Angka tersebut menandai peningkatan 5% dari tahun 2023, dengan 22,6% populasi di wilayah yang paling parah mengalami kelaparan tingkat krisis atau lebih buruk.

“Laporan Global 2025 tentang Krisis Pangan memberikan gambaran yang mengejutkan,” ujar Rein Paulsen, Direktur Keadaan Darurat dan Ketahanan di Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), seperti dikutip Reuters, Jumat (16/5).

Ia mengatakan konflik, cuaca ekstrem, dan guncangan ekonomi menjadi pendorong utama kerawanan pangan dan malnutrisi anak di dunia. PBB memperingatkan akan memburuknya kondisi tahun ini, dengan mengutip proyeksi penurunan paling tajam dalam pendanaan pangan kemanusiaan sejak laporan ini dibuat - antara 10% hingga lebih dari 45%.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menutup sebagian besar Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dan membatalkan lebih dari 80% program kemanusiaannya.

“Jutaan orang yang kelaparan telah kehilangan, atau akan segera kehilangan, bantuan penting yang kami sediakan,” kata Cindy McCain, Kepala Program Pangan Dunia USAID yang berbasis di Roma, Italia.

Konflik merupakan penyebab utama kelaparan, yang berdampak pada hampir 140 juta orang di 20 negara pada tahun 2024. Daerah-daerah yang menghadapi tingkat kerawanan pangan yang “dahsyat” termasuk di Gaza, Sudan Selatan, Haiti, dan Mali. Sudan telah mengkonfirmasi kondisi kelaparan di negara tersebut.

Guncangan ekonomi, seperti inflasi dan devaluasi mata uang, telah mendorong 59,4 juta orang mengalami krisis pangan di 15 negara, termasuk Suriah dan Yaman. Angka ini hampir dua kali lipat dari tingkat yang terlihat sebelum pandemi Covid-19.

Krisis Pangan Akibat Cuaca Ekstrem

Cuaca ekstrem, terutama kekeringan dan banjir yang disebabkan oleh El Nino, mendorong 18 negara ke dalam krisis. Kondisi ini berdampak pada lebih dari 96 juta orang, terutama di Afrika Selatan, Asia Selatan, dan wilayah tanduk Afrika, seperti Somalia dan Etiopia.

Laporan FAO juga menyebutkan jumlah orang yang menghadapi kondisi seperti kelaparan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 1,9 juta orang. Ini merupakan angka tertinggi sejak pemantauan laporan global dimulai pada tahun 2016.

Malnutrisi di kalangan anak-anak mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Hampir 38 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami kekurangan gizi akut di 26 negara yang mengalami krisis gizi, termasuk di Sudan, Yaman, Mali, dan Gaza.

Pemindahan paksa juga memperparah kelaparan. Hampir 95 juta orang yang dipindahkan secara paksa, termasuk pengungsi dan pengungsi internal, tinggal di negara-negara yang menghadapi krisis pangan, seperti Republik Demokratik Kongo dan Kolombia.

Terlepas dari tren keseluruhan yang suram, tahun 2024 menunjukkan beberapa kemajuan. Di 15 negara, termasuk Ukraina, Kenya, dan Guatemala, kerawanan pangan berkurang karena bantuan kemanusiaan, panen yang lebih baik, inflasi yang mereda, dan penurunan konflik.

Untuk memutus siklus kelaparan, FAO menyerukan investasi dalam sistem pangan lokal. “Bukti menunjukkan bahwa mendukung pertanian lokal dapat membantu sebagian besar orang, dengan bermartabat, dengan biaya yang lebih rendah,” kata Paulsen.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...