BMKG Optimalkan FDRS untuk Deteksi Dini Kebakaran Hutan dan Lahan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan mengoptimalkan penggunaan Fire Danger Rating System (FDRS) untuk mendeteksi dini potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa sistem ini memanfaatkan data dari berbagai sumber termasuk NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), serta menghasilkan peta tingkat kerawanan kebakaran yang ditandai dengan indikator warna hijau, oranye, dan merah.
“Warna merah menunjukkan firespot atau kebakaran aktif, oranye menunjukkan potensi tinggi, dan hijau relatif aman. Data ini menjadi acuan bagi operasi modifikasi cuaca dan patroli di lapangan,” ujar Guswanto, di Jakarta, Rabu (13/8), seperti dikutip Antara.
Tim Meteorologi BMKG memanfaatkan FDRS yang terintegrasi dengan sejumlah citra satelit untuk memantau sebaran asap, arah angin, dan potensi asap lintas batas.
Informasi tersebut memungkinkan pemerintah mengambil langkah pencegahan sebelum kebakaran meluas. Hal ini sudah dilakukan dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di enam provinsi prioritas: Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
Guswanto mengatakan BMKG rutin mengombinasikan data hotspot dengan pemantauan lapangan yang dilakukan Satuan Tugas pemadaman darat dari Manggala Agni Kementerian Kehutanan dan armada udara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Sistem ini terbukti membantu penentuan prioritas wilayah penanganan karhutla setiap hari," tuturnya.
Upaya pencegahan dan deteksi dini jauh lebih efektif dibandingkan penanganan setelah kebakaran meluas. Dengan memanfaatkan FDRS, risiko kerusakan lingkungan dan kesehatan akibat karhutla dapat ditekan selama periode musim kemarau yang diperkirakan berakhir pada September mendatang.
