Status Awas Kekeringan Semakin Meluas di NTB
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini masih mengalami musim kemarau. Status awas kekeringan semakin meluas melanda sebelas kecamatan di lima kabupaten dan satu kota di provinsi itu.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Nindya Kirana mengatakan curah hujan di NTB tergolong rendah, hanya 0 hingga 50 milimeter per dasarian (per sepuluh hari). "Kondisi itu menunjukkan sebagian besar wilayah NTB masih dalam periode musim kemarau," kata Nindya, seperti dikutip Antara.
Nindya mengatakan sebagian kecil wilayah di Lombok Tengah dan Lombok Timur mengalami curah hujan menengah. Namun, hujan yang terjadi belum cukup signifikan untuk mengatasi kekeringan.
Data BMKG melalui pemantauan hari tanpa hujan (HTH) terlihat adanya wilayah yang telah mengalami hari kering lebih dari 60 hari berturut-turut. Hal itu dikategorikan sebagai kekeringan ekstrem.
Daerah yang mengalami status awas kekeringan di NTB adalah Kabupaten Dompu (Kecamatan Kilo), Kabupaten Bima (Monta, Palibelo, Soromandi, Sape), Kota Bima (Raba), Kabupaten Sumbawa (Lape, Labuhan Badas, Moyo Utara), Lombok Timur (Sambelia), dan Lombok Utara (Bayan).
"Potensi kekeringan meteorologis meningkat tajam. Kami mengeluarkan peringatan dini untuk wilayah tersebut agar siaga terhadap risiko lanjutan, seperti kekurangan air bersih dan kebakaran lahan," kata Nindya.
Delapan Kecamatan Berstatus Siaga
Selain status awas, BMKG juga menetapkan status siaga untuk delapan kecamatan di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Dompu (Kecamatan Dompu, Kempo, Manggalewa dan Pekat), Kabupaten Bima (Kecamatan Bolo, Madapangga, dan Sanggar), serta Kabupaten Sumbawa (Kecamatan Unter Iwes).
BMKG mencatat curah hujan tertinggi hanya terjadi di Pos Hujan Mantang, Kabupaten Lombok Tengah. Curah hujan di wilayah itu mencapai 68 milimeter per dasarian, angka yang masih di bawah rata-rata normal.
Kondisi atmosfer turut memperkuat musim kemarau, dengan indeks Indian Ocean Dipole (IOD) menunjukkan fase negatif sebesar minus 1,04 dan diprediksi bertahan hingga Desember 2025. Sementara itu, ENSO berada dalam kondisi netral.
Peluang hujan pada dasarian I September 2025 diperkirakan masih rendah. Wilayah dengan peluang hujan lebih dari 20 milimeter per dasarian hanya mencakup sebagian Lombok Barat, Lombok Tengah bagian utara, dan sebagian kecil Lombok Timur.
BMKG sejauh ini belum mendeteksi potensi hujan deras di Nusa Tenggara Barat. Peringatan dini terkait curah hujan tinggi untuk seluruh wilayah provinsi masih dinyatakan nihil.
BMKG mengimbau masyarakat untuk menghemat penggunaan air, memanfaatkan tampungan air hujan, dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana kekeringan maupun kebakaran lahan.
