Konsumsi Energi Bangunan di Surabaya Naik, Emisi Lampaui 4,8 Juta Ton CO2e

Image title
28 November 2025, 16:42
surabaya, energi, listrik
ANTARA FOTO/Putra M. Akbar/rwa.
Emisi operasional bangunan di Surabaya diperkirakan melampaui 4,8 juta ton CO2e pada 2024.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Pemerintah Kota Surabaya bersama konsorsium Sustainable Energy Transition in Indonesia (SETI) merilis hasil Studi Baseline Energy Consumption. Studi ini menunjukkan emisi operasional bangunan di Surabaya diperkirakan melampaui 4,8 juta ton CO2e pada 2024. Sebagai pembanding, emisi operasional bangunan di Provinsi DKI Jakarta mencapai sekitar 19 jutaton CO2e pada tahun yang sama.

Studi ini memetakan konsumsi energi Surabaya melalui pengambilan contoh di 305 bangunan, yang terdiri atas gedung pemerintah, komersial, sosial, dan residensial. 

“Temuan ini menegaskan skala tantangan sekaligus urgensi pengelolaan energi bangunan dalam strategi dekarbonisasi perkotaan,” kata Manajer Proyek SETI dari Institute for Essential Services Reform (IESR), Malindo Wardana, Kamis (27/11). 

Studi menunjukkan, pelanggan R1M 900 VA non-subsidi merupakan kelompok pelanggan terbesar di Surabaya dan berkontribusi sekitar 20% dari total listrik yang terjual pada 2024. Pada sektor non-residensial, rumah susun tercatat sebagai pengguna energi paling intensif dengan Energy Use Intensity (EUI) rata-rata 491,75 kWh/m²/tahun, diikuti oleh bangunan komersial dengan 361,53 kWh/m²/tahun. 

Hasil lain yang diungkapkan dari studi itu adalah konsumsi energi sektor residensial, khususnya rumah tapak, paling dipengaruhi oleh penggunaan pendingin ruangan (AC). Konsumsi energi rumah dengan AC memiliki median 380,55 kWh/m²/tahun, hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan rumah tanpa AC. Setiap penambahan satu unit AC diperkirakan meningkatkan konsumsi listrik 107 hingga 114 kWh per bulan. 

Studi juga menunjukkan perbedaan signifikan antara rata-rata dan median pada beberapa kategori. Hal ini mengindikasikan keberadaan bangunan yang pemakaian energinya jauh di atas rata-rata sehingga sangat boros energi. Bangunan pemerintah, meskipun hanya 1% dari total pelanggan non-residensial, tercatat menyumbang 9% konsumsi listrik sektor tersebut.

Potensi PLTS Atap di Surabaya

Selain memetakan konsumsi energi, studi ini juga mengidentifikasi potensi PLTS atap di Kota Surabaya, tanpa memasukkan atap bangunan industri. Kapasitas PLTS atap diperkirakan dapat mencapai 379 MWp, dengan potensi produksi energi sekitar 568,6 GWh per tahun dan mengurangi emisi hingga 494.645 ton CO2e setiap tahun. 

Sebagai gambaran, 568,6 GWh energi bersih per tahun setara dengan pasokan listrik bagi sekitar 134.877 rumah tangga di Surabaya, menggunakan perkiraan konsumsi rata-rata bulanan sebesar 351 kWh per rumah.

“Potensi PLTS atap di Surabaya ini bukan hanya besar, tetapi juga sangat layak dikembangkan. Hasil kajian ini memberi gambaran jelas bagi pemerintah kota untuk menentukan lokasi prioritas dan langkah percepatan adopsinya,” ujar Malindo.

Berdasarkan hasil survei terkait potensi Bangunan Gedung Hijau (BGH), sejumlah 82,41% pengelola bangunan non-residensial di Kota Surabaya sudah memiliki pemahaman terkait BGH dan memiliki peminatan untuk melakukan sertifikasi bangunan hijau. 

Selain itu, hasil penilaian menunjukkan lima bangunan pemerintah dan tiga bangunan swasta termasuk dalam kategori paling siap menuju sertifikasi berdasarkan aspek efisiensi energi, manajemen bangunan, penghematan air, dan intensitas energi.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nuzulia Nur Rahmah

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...