Target Bebas Karbon 2060, Tiongkok Andalkan Pembangkit Surya dan Angin

Happy Fajrian
19 April 2021, 15:16
tiongkok, pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, bebas karbon
ANTARA FOTO/REUTERS/Tingshu Wang/AWW/dj
Seorang wanita berpose di sebuah pusat perbelanjaan dekat pusat CCTV dan pencakar langit China Zun di distrik pusat bisnis Beijing (CBD), Tiongkok.

Tiongkok telah menargetkan untuk meningkatkan kontribusi pembangkit listrik dari sumber energi baru dan terbarukan (EBT), yakni tenaga tenaga surya dan angin, menjadi 11% dari total konsumsi listriknya tahun ini, dari 9,7% pada 2020.

Administrasi Energi Nasional (NEA) Tiongkok telah mengajukan rancangan aturan peningkatan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Hal ini sejalan dengan janji Presiden Xi Jinping untuk meningkatkan pangsa bahan bakar non fosil dalam konsumsi energi primer menjadi 25% pada 2030.

Xi berkomitmen untuk menjadikan Tiongkok bebas karbon pada 2060. “Pembangkit listrik tenaga surya dan angin perlu ditingkatkan selama lima tahun ke depan untuk mencapai target 16,5% dari total penggunaan daya pada 2025,” tulis rancangan aturan tersebut seperti dikutip Reuters, Senin (19/4).

Rancangan aturan tersebut juga mendesak pengembang proyek tenaga surya dan angin untuk mengebut konstruksi dan meminta pemerintah daerah dan perusahaan jaringan listrik untuk menjamin listrik yang dihasilkan dari pembangkit agar dapat terhubung dengan jaringan.

Pemerintah daerah juga diminta untuk mempercepat pemberian izin untuk proyek tenaga surya dan angin baru. Hal ini untuk memastikan pengembangan jangka panjang energi terbarukan di Tiongkok.

Pada Februari pemerintah Tiongkok telah memaksa perusahaan jaringan listrik daerah untuk meningkatkan pembelian listrik minimum dari pembangkit listrik energi baru terbarukan minimal 40% pada 2030 dari 28,2% pada 2020.

Tenaga listrik yang diperoleh dari sumber terbarukan non-tenaga air akan mencapai minimal 25,9% pada 2030, naik dari 10,8% tahun lalu. "Untuk memastikan target iklim Presiden Xi, (Tiongkok) akan menetapkan target yang lebih ketat untuk konsumsi bahan bakar non fosil,” tulis dokumen NEA.

Target tersebut menunjukkan Tiongkok akan bergantung pada tenaga surya dan angin untuk memenuhi tujuan terbarukannya, dan menjauh dari ledakan konstruksi proyek pembangkit listrik tenaga air skala besar dalam beberapa tahun terakhir.

Pada Desember 2020, Xi juga mengatakan bahwa Tiongkok akan meningkatkan kapasitas terpasang tenaga angin dan matahari menjadi lebih dari 1.200 gigawatt (GW) pada 2030.

Target yang ditetapkan dalam dokumen NEA didasarkan pada perkiraan bahwa total konsumsi daya Tiongkok akan mencapai 11 triliun kilowatt-jam dan konsumsi energi primer akan mencapai 6 miliar ton setara batu bara standar pada tahun 2030.

Undang-undang energi terbarukan Tiongkok memaksa perusahaan jaringan lokal untuk "sepenuhnya memperoleh" semua daya yang dihasilkan oleh sumber energi baru terbarukan.

Tetapi jaringan listrik telah dituduh memprioritaskan tenaga listrik berbahan bakar batu bara, dan kapasitas transmisi yang tidak memadai juga telah menghambat penyerapan energi terbarukan.

Tiongkok membangun 38,4 gigawatt (GW) kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara baru pada tahun 2020, lebih dari tiga kali lipat kapasitas tenaga listrik dunia.

Namun, perusahaan utilitas Tiongkok termasuk China Huadian Corp, China Huaneng Group, dan State Power Investment Corp, telah berjanji untuk meningkatkan portofolio energi bersih mereka.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...