Kecilnya Pasar Hambat Industri Komponen Pembangkit Surya Dalam Negeri
Sektor energi baru terbarukan (EBT), khususnya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), masih sulit memenuhi tingkat komponen dalam negeri yang ditetapkan pemerintah sebesar 60%. Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Fabby Tumiwa mengatakan, hal tersebut lantaran produksi komponen untuk modul surya terkendala pada ukuran dan kepastian pasar.
Pasalnya pertumbuhan PLTS di dalam negeri sangat rendah, hanya 50-60 megawatt (MW) per tahun. Hal itu dapat terlihat dari produksi modul surya Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (APAMSI) yang kurang dari 10% dari kapasitas produksi.
Padahal, untuk membangun industri komponen modul surya, minimal permintaan perlu PLTS sebesar 500 MW per tahun. "Jadi untuk bisa membangun industri modul surya dalam negeri, pemerintah perlu menciptakan permintaan PLTS sebesar itu melalui berbagai instrumen kebijakan dan program," ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (29/6).
Menurut Fabby jika investor melihat ada political will dalam bentuk kebijakan yang ambisius, regulasi yang ramah terhadap PLTS, dan ada konsistensi, maka investor akan memutuskan untuk membangun fasilitas produksi komponen modul surya, dan balance of system (BOS) PLTS. Seperti inverter, controller, dan sebagainya.
Ia pun optimis permintaan PLTS di Indonesia, baik PLTS atap maupun PLTS ground mounted oleh PLN dan swasta, serta proyek floating photo voltaic (FPV) dalam lima tahun ke depan akan sangat baik.
"Minimal 500 MW dapat tercapai dalam dua atau tiga tahun dan dapat naik menjadi 1 gigawatt (GW) per tahun. Setelah 2025 bisa lebih besar lagi," ujarnya.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan banyak dari investor tertarik untuk terjun ke bisnis PLTS. Mulai dari Amerika, Eropa, Tiongkok, Jepang dan Arab Saudi.
Untuk itu, pemerintah akan tetap memperhatikan perusahaan lokal yang akan terjun ke bisnis PLTS. Mengingat sudah ada aturan yang memuat tentang penggunaan TKDN untuk pembangkit listrik energi terbarukan. "Kami akan mencari titik seimbang. Industri dalam negeri berkembang. EBT juga harus jalan," katanya.
Dadan pun berharap supaya komponen TKDN terus meningkat dan investor hulu PLTS banyak berdatangan. Ia berharap komponen seperti cell dan panel surya yang masih mengandalkan impor dapat segera diproduksi di dalam negeri.
Untuk diketahui, dalam draft Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, target penambahan kapasitas PLTS hingga 2030 mendatang mencapai 5.969 MW. Dimana berdasarkan rekapitulasi sementara ini sebanyak 1.408 MW sudah selesai pembahasannya dan 4.561 MW masih perlu didiskusikan lebih lanjut.