Eropa Butuh Rp 32,8 Kuadriliun Agar Sepenuhnya Pakai Energi Terbarukan
Eropa diprediksi mampu menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dan menciptakan sektor energi yang mandiri dengan membelanjakan sekitar 2 triliun euro atau setara dengan Rp 32,8 kuadriliun pada 20240. Sektor energi mandiri tersebut diwujudkan dengan menggunakan energi terbarukan.
Laporan Potsdam Institute for Climate Impact Research menyatakan Eropa juga membutuhkan investasi tahunan sebesar 140 miliar euro atau setara dengan Rp 2,2 triliun pada tahun 2030, dan 100 miliar euro atau setara Rp 1,6 triliun per tahun dalam satu dekade setelahnya.
Sebagian besar dari jumlah tersebut akan dibutuhkan untuk ekspansi energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin, panel surya, pembangkit listrik hidrogen, dan pembangkit listrik panas bumi. Untuk panas bumi sendiri, akan menjadi pilar tambahan dari strategi yang akan memungkinkan kebutuhan listrik Eropa secara eksklusif ditenagai oleh energi terbarukan pada tahun 2030.
Kritik Investor
Laporan tersebut juga menyatakan diperlukan waktu satu dekade lagi untuk mengubah seluruh sistem energi fosil menjadi energi terbarukan. Hal itu seperti pemanas yang saat ini menggunakan bahan bakar minyak atau gas.
"Angka-angka ini cukup besar, tetapi penting untuk diingat bahwa negara-negara Eropa diperkirakan telah menghabiskan 792 miliar euro tambahan pada tahun lalu hanya untuk sistem status quo saat melindungi konsumen dari dampak krisis energi yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina," ungkap laporan tersebut, dikutip dari Reuters Kamis (5/10).
Pada bulan lalu, para anggota parlemen Eropa memberikan persetujuan terakit Undang-undang pengembangan energi terbarukan. Undang-undang ini juga meningkatkan target energi terbarukan Uni Eropa, menjadi 42,5% energi terbarukan pada 2030. Sebelumya, Uni Eropa hanya menargetkan 32% EBT di tahun yang sama.
Disisi lain, studi ilmiah yang ditugaskan oleh Aquila Capital, salah satu investor energi terbarukan swasta terbesar di Eropa menggemakan kritik industri terhadap regulasi Eropa. Mereka meminta persetujuan proyek yang lebih cepat untuk memastikan target transisi energi tersebut bisa tercapai.
Studi tersebut mengatakan bahwa pasokan energi terbarukan perlu tumbuh sebesar 20% per tahun untuk memenuhi permintaan listrik yang diharapkan pada tahun 2030.