Semen dan Baja Jadi Industri dengan Biaya Dekarbonisasi Termahal

Nadya Zahira
27 Oktober 2023, 11:05
Fasilitas pengolahan limbah menjadi alternatif bahan bakar pengganti batubara di Pabrik Narogong, Jawa Barat. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui upaya dekarboni
PT Semen Indonesia (SIG)
Fasilitas pengolahan limbah menjadi alternatif bahan bakar pengganti batubara di Pabrik Narogong, Jawa Barat. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui upaya dekarbonisasi dengan penerapan prinsip-prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) sebagai wujud partisipasi dan respon Perusahaan terhadap perubahan iklim yang menjadi salah satu isu utama dalam agenda Presidensi G20 Indonesia.

Energy Efficiency Movement melaporkan Industri semen, baja, dan bahan kimia akan menjadi sektor dengan biaya proses dekarbonisasi termahal. Pasalnya, industri tersebut menggunakan beberapa teknik produksi yang paling banyak menimbulkan polusi. 

Laporan yang sama mengatakan, industri global dapat menghemat sekitar US$ 437 miliar atau Rp 6.857 miliar per tahun mulai dari 2030 melalui penghematan efisiensi energi. Industri juga dapat megurangi emisi karbon hingga empat giga ton per tahun jika perusahaan meggandakan langkah-langkah efisiensi.

Hal ini setara dengan menghilangkan 60% emisi yang dihasilkan dari transportasi. Langkah-langkah yang bisa dilakukan perusahaan industri dalam penghematan efisiensi energi yakni:

  • Melakukan audit energi secara teratur
  • Meninjau ukuran ideal aset-aset industri
  • Menghubungkan lokasi-lokasi dan mesin-mesin untuk memperoleh sinergi energi
  • Menggunakan mesin-mesin yang lebih efisien. 

"Dengan begitu, menjelang COP28 penting untuk menunjukkan bahwa ada solusi teknologi yang matang dan konkret yang tersedia untuk mengatasi masalah pemanasan global yang kita hadapi," kata anggota komite eksekutif ABB, Tarak Mehta, dikutip dari Reuters, Jumat (27/10). 

 Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim PBB, COP28, tahun ini akan diselenggarakan pada 30 November di Dubai. Adapun acara tersebut akan membahas terkait penghapusan secara bertahap bahan bakar fosil yang menghasilkan karbondioksida (CO2).

 Disisi lain, negara-negara Uni Eropa menyerukan agar subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien segera dihapuskan pada tahun 2030. Mereka menyatakan tidak boleh ada pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru jika dunia ingin mencegah perubahan iklim yang parah.

 Namun, hal ini mendapatkan perlawanan dari produsen dan konsumen bahan bakar fosil. Salah satunya seperti Arab Saudi yang telah memblokir upaya untuk menyetujui penghentian penggunaan bahan bakar fosil dalam berbagai pertemuan, termasuk KTT G20 2023 ini. Dengan begitu, Arab Saudi diperkirakan akan memberikan perlawanan yang sama pada KTT COP28 mendatang.

 Sementara itu, Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mengatakan bahwa konsumsi energi global kemungkinan akan meningkat hingga tahun 2050. Konsumsi tersebut melampaui kemajuan dalam efisiensi energi, didorong oleh pertumbuhan populasi dan standar hidup yang lebih tinggi, di antara faktor-faktor lainnya.

 Tak hanya itu, EIA menyampaikan sumber-sumber daya berbasis bahan bakar non-fosil, termasuk energi terbarukan, akan menghasilkan lebih banyak energi sampai tahun 2050, tetapi pertumbuhan tersebut tidak akan cukup untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) terkait energi global. 

Reporter: Nadya Zahira

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...