Naik 330%, Pertamina Geothermal Anggarkan Capex Rp 8,7 Triliun di 2024
Pertamina Geothermal Energy anggarkan belanja modal atau capex US$ 550 juta atau sekitar Rp 8,7 triliun pada 2024. Perusahaan dengan kode emiten PGEO tersebut akan melanjutkan proses ekspansi Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi ke Turki dan Kenya.
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Nelwin Aldriansyah, mengatakan belanja modal itu untuk menyokong ambisi PGEO menambah kapasitas hingga 1 gigawatt (GW) dalam dua tahun.
"Capex seluruhnya dari kas internal," ujarnya di Jakarta, Selasa (31/10).
Anggaran belanja modal tahun depan tersebut naik 330% dari 2023 yang mencapai US$ 163 juta. Secara rinci, belanja modal PGEO tersebut digunakan untuk pengembangan sebesar US$ 80 juta dan perawatan US$ 83 juta.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi menargetkan kapasitas terpasang hingga 1 GW dalam dua tahun ke depan. Dirinya bahkan akan meningkatkan kapasitas tersebut menjadi 1,3-1,5 GW dalam lima tahun ke depan.
"Ini target yang realistis. Lapangan kita bagus-bagus. Kita riset berdasarkan bisnis," ujarnya.
Selain di Indonesia, Pertamina Geothermal Energy juga melakukan eksplorasi panas bumi di luar negeri. Dua negara yang menjadi fokus perseroan adalah Tukri dan Kenya.
PGEO mulai melakukan pengamatan potensi panas bumi di Turki. Perseroan juga sudah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan energi yang berbasis di Kenya, Africa Geothermal International Limited (AGIL), untuk pengembangan teknologi dan pemanfaatan sumber daya panas bumi.
"Kita ingin inline yang ada di negara tersebut, berharap bertahan di sana karena ekosistem geothermalnya tercapai," ujarnya.
Pertamina Geothermal Energy telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 24 Februari 2023. Perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia itu melaksanakan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dengan melepas 25% atau 10,35 miliar lembar saham ke publik, dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
IPO ini sekaligus masuk dalam jajaran terbesar kelima di BEI. Sementara empat emiten lainnya ada PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan dana Rp21,9 triliun pada 2021, bertengger di urutan pertama.