UEA Gandeng Perusahaan Bill Gates Kembangkan Reaktor Nuklir Canggih
Perusahaan milik pemerintah Uni Emirat Arab (UEA), Emirates Nuclear Energy Corporation (ENEC), menggandeng perusahaan reaktor nuklir canggih milik Bill Gates, TerraPower LLC. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatangan Nota Kesepahaman dalam acara Konferensi Iklim KTT COP28 di Dubai, Senin (4/12).
Kedua perusahaan tersebut telah sepakat untuk mempelajari potensi pengembangan reaktor canggih di UEA dan negara lainnya. Adapun Nota Kesepahaman itu muncul di tengah dorongan UEA untuk memperluas kapasitas energi nuklirnya.
"Bagi UEA, kami mencari masa depan untuk elektron dan molekul bersih yang akan diwujudkan oleh reaktor canggih," kata CEO ENEC, Mohamed Al Hammadi, pada acara penandatanganan, dikutip dari Reuters, Selasa (5/12).
Presiden dan CEO TerraPower, Chris Levesque, mengatakan membawa teknologi nuklir canggih ke pasar sangat penting untuk memenuhi target dekarbonisasi global. TerraPower berminat kerja sama dengan ENEC karena UEA memiliki satu pembangkit listrik tenaga nuklir tradisional di dekat Abu Dhabi yang telah memproduksi listrik sejak 2020.
Sementara TerraPower tengah membangun reaktor natrium canggih di negara bagian Wyoming, Amerika Serita (AS). Proyek ini diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2030.
Chris mengatakan, reaktor canggih diyakini lebih mudah dibangun dan dinamis daripada pembangkit listrik tradisional. Bagi sebagian orang, hal itu dianggap sebagai pelengkap penting untuk sumber daya intermiten seperti angin dan matahari yang berkembang dengan cepat.
TerraPower dan UEA akan mengeksplorasi penggunaan reaktor nuklir canggih seperti menyimpan daya di jaringan listrik dan menyediakan energi yang dibutuhkan untuk memproduksi hidrogen. Dua perusahaan itu juga melakukan dekarbonisasi pembangkit listrik tenaga batu bara, baja, dan aluminium.
Sementara itu, lebih dari 20 negara, termasuk di antaranya Jepang dan Amerika Serikat (AS), berjanji untuk menaikkan kapasitas tenaga nuklir global hingga tiga kali lipat dari level 2020, pada 2050. Hal ini sebagai upaya untuk mencapai net zero emission.
Deklarasi ini juga meminta para pemegang saham lembaga-lembaga keuangan internasional untuk memasukkan energi nuklir dalam kebijakan pinjaman energi.
Mengutip siaran pers Departemen Energi Amerika Serikat (AS), nuklir dinilai memiliki peran penting dalam menekan emisi karbon dan gas rumah kaca. Sumber energi tersebut dinilai dapat membantu mencapai target 1,5°C, yaitu kenaikan maksimal suhu udara global untuk mencegah dampak terburuk pemanasan global dan perubahan iklim.
Deklarasi tersebut dikeluarkan pada sesi ke-28 konferensi iklim PBB COP28, yang sedang berlangsung di Uni Emirat Arab, pada Sabtu (2/12).
Selain AS dan Jepang, negara-negara pendukung deklarasi tersebut yaitu Bulgaria, Kanada, Republik Ceko, Finlandia, Prancis, Ghana, Hongaria, Korea Selatan, Moldova, Mongolia, Maroko, Belanda, Polandia, Rumania, Slovakia, Slovenia, Swedia, Ukraina, Uni Emirat Arab, dan Inggris.