Brasil Siapkan Dana Subsidi EBT Lebih Besar dari Bahan Bakar Fosil
Regulator industri ketenagalistrikan Brasil, Aneel, memprediksi subsidi untuk energi terbarukan di negara tersebut akan melampaui tagihan bahan bakar fosil pembangkit termoelektrik pada 2024.
Direktur umum Aneel, Sandoval Feitosa, mengatakan pemerintah Brasil akan memberikan subsidi sebesar US$ 2,32 miliar setara Rp 36,2 triliun (kurs Rp 15.623) untuk proyek pembangkit listrik tenaga angin dan surya. Diskon tersebut akan digunakan untuk sistem transmisi dan distribusi.
“Itu di atas US$ 2,15 miliar setara Rp 33,5 triliun yang dianggarkan untuk dana CCC,” kata Feitosa dikutip dari Reuters,Senin (12/2).
CCC merupakan dana subsidi bahan bakar fosil untuk pembangkit energi di daerah terpencil Brasil. Pembangkit energi tersebut tidak terhubung ke jaringan negara, biasanya terletak di wilayah Utara.
Feitosa mengatakan, baik dana CCC dan subsidi energi terbarukan bersumber dari pembayar pajak melalui Akun Pengembangan Energi (CDE). Besar biaya tarif tersebut tergantung pada tagihan listrik masyarakat Brasil
Dia mengatakan, tren ini akan berlanjut selama beberapa tahun ke depan. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah Brasil terus menggenjot energi terbarukan.
Dana Bahan Bakar Fosil Terus Turun
Sementara dana CCC cenderung menurun secara progresif karena lebih banyak area yang terisolasi telah terhubung ke jaringan negara.
"Antara 2022 dan 2023, Aneel menyetujui 142 gigawatt pembangkit listrik tenaga surya dan angin, yang praktis semuanya berhak atas diskon, selama mereka benar-benar mulai beroperasi," kata Feitosa.
Insentif untuk pembangkit listrik tenaga angin dan matahari diberikan untuk membuat harga sumber energi ini lebih kompetitif dan memungkinkan untuk diintegrasikan ke dalam sistem energi Brasil. Sebagian besar pasar mengatakan bahwa sumber energi terbarukan tidak lagi membutuhkan subsidi seperti yang dituang ke dalam undang-undang disahkan pada tahun 2021.
Namun, subsidi masih cenderung tumbuh, mengingat lebih banyak proyek terbarukan diberikan selama periode transisi undang-undang. Di sisi lain, pertumbuhan pasokan energi dari sumber terbarukan yang lebih besar akan berkontribusi dapat menurunkan harga
Komitmen Brasil Tinggalkan Bahan Bakar Fosil
Sebelumnya, Brasil telah menandatangani kesepakatan untuk melipatgandakan energi baru dan terbarukan secara global pada 2030 dan meninggalkan penggunaan batu bara.
Menurut laporan Reuters, Kementerian Luar Negeri Brasil mengatakan negaranya telah bergabung dengan kesepakatan prospektif yang berjudul "Janji Target Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi Global” yang didukung oleh Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab itu, pada November tahun lalu.
Seorang pejabat Eropa mengatakan, negara terbesar di Amerika Selatan ini sekarang menjadi salah satu dari sekitar 100 negara yang telah menandatangani kesepakatan tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Brasil mengonfirmasi bahwa negara tersebut telah memutuskan untuk bergabung dengan pakta tersebut.
Untuk diketahui, Brasil sudah menjadi pemain utama dalam energi baru terbarukan. Lebih dari 80% listrik negara ini berasal dari sumber-sumber terbarukan, yang dipimpin oleh tenaga air, dengan energi surya dan angin yang berkembang pesat.
Rancangan janji energi terbarukan, yang ditinjau oleh Reuters, berkomitmen untuk mengurangi penggunaan energi batu bara yang tidak berkelanjutan, termasuk mengakhiri pembiayaan untuk pembangkit listrik tenaga batu bara baru.
Batu bara hanya menyumbang lebih dari 1% dari listrik Brasil, menurut statistik resmi. Hal ini juga mencakup janji untuk melipatgandakan tingkat efisiensi energi tahunan global menjadi 4% per tahun hingga tahun 2030.