Indonesia Butuh Investasi Rp 219 Triliun untuk Kejar Bauran EBT 21% pada 2025
Indonesia perlu meningkatkan kapasitas energi baru terbarukan (EBT) menjadi 8,2 Gigawatt (GW) pada 2025 untuk mengejar target bauran EBT 21% pada 2025. Penigkatan kapasitas tersebut membutuhkan investasi US$ 14,2 miliar atau setara dengan Rp 219 triliun.
"Kita bisa menaikkan bauran energi terbarukan tahun depan dari 13% menjadi 21%," ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservsi Energi (EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiyani Dewi, dalam keterangan, Rabu (4/9).
Menurutnya, peningkatan kapasitas listrik EBT sesuai target pada tahun 2025 bukanlah sebuah keniscayaan namun memerlukan dana investasi yang sangat besar. Adapun, beberapa sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia yang potensi ketersediaanya mencukupi bahkan beberapa melimpah seperti, tenaga surya 3.294 GW, angin 155 GW, air 95 GW, arus laut 63 GW, bahan bakar nabati 57 GW, dan panas Bumi 23 GW.
Eniya mengatakan, Kementerian ESDM sudah menawarkan pengembangan energi panas bumi pada sejumlah investor. Panas bumi memiliki potensi tinggi karena kapasitasnya besar hingga mencapai 23,6 GW. Namun yang baru termanfaatkan hanya 2,6 GW atau sekitar 11%.
"Sudah kita tawarkan ke berbagai pihak dan sekarang sudah ada yang dikembangkan. Ada yang masih kita tawarkan kepada investor yang berminat mengembangkan panas bumi di Indonesia," ucapnya.
Pemerintah berencana menawarkan lima wilayah kerja panas bumi pada 2025 mendatang untuk Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) yakni, Gunung Lawu dengan kapasitas kurang lebih sebesar 195 Megawatt (MW), Sipoholo Ria-Ria kurang lebih 35 MW, dan Cubadak - Panti kurang lebih 30 MW.
Selain itu, pemerintah juga akan melelang 2 Tender Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), satu di Telaga Ranu kurang lebih 85 MW dan Wapsalit kurang lebih 46 MW.
"Kami berharap lima lokasi panas bumi tersebut dapat menarik investor untuk mengembangkannya," ujarnya.