Biodiesel B40 Dinilai Belum Efektif Jadi Energi Bersih

Image title
8 Januari 2025, 14:02
Pekerja menunjukkan buah kelapa sawit usai dipanen di kawasan PT Perkebunan Nusantara IV, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (24/10/2024).
ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/tom.
Pekerja menunjukkan buah kelapa sawit usai dipanen di kawasan PT Perkebunan Nusantara IV, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (24/10/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Biodiesel dengan komposisi bahan bakar nabati pencampuran bahan bakar nabati (BBN) sebesar 40 persen atau B40 dinilai belum efektif sebagai energi bersih. Pasalnya, sebanyak 60 persen bahan bakar tersebut masih menggunakan energi kotor.

"Kalau bisa mencapai B100 bisa menjadi salah satu EBT yang efektif," ujar Pakar Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, saat dikonfirmasi Katadata, Rabu (8/1).

Fahmy mengatakan, perbaikan atau peningkatan kapasitas BBN dalam biodiesel di Indonesia dari 35 persen menjadi 40 persen tidaklah berpengaruh banyak terhadap perbaikan kualitas bahan bakar di Indonesia. Selain itu, alokasi 15,6 juta kiloliter (kl) B40 juga sangatlah berlebihan. Pasalnya, ketika kebijakan tersebut diterapkan belum ada jaminan pasar akan menyerap B40.

"Pasar bisa saja tetap menggunakan solar, yang harganya bisa lebih murah," ujarnya.

Dia mengatakan, program yang digadang-gadang mampu menekan impor BBM ini juga berpotensi menimbulkan dua pilihan bagi produsen kelapa sawit untuk melakukan penjualan produknya. Pilihan antara pemenuhan pangan dan energi dapat menimbulkan masalah lebih besar kedepannya.

"Penggunaan Biodiesel berpotensi menimbulkan trade off penggunaan sawit antara untuk energi atau pangan. Kalau tidak dikelola secara benar bisa menimbulkan krisis," ujarnya.

Peresmian Program B40

Sebelumnya, pemerintah resmi mengumumkan kebijakan bahan bakar alternatif campuran biodiesel 40% atau B40 berlaku mulai 1 Januari 2025. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengatakan dengan penetapan ini maka kuota biodiesel pada 2025 naik 20%.

“Saat B35 menghasilkan kurang lebih sekitar 12,98 juta kilo liter (kl) biodiesel dan ini meningkat menjadi 15,6 juta kl. Keputusan menterinya sudah kami tandatangani,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (3/1).

Dengan ketetapan ini, Bahlil memastikan pemerintah sudah menyusun langkah lanjutan pemakaian bahan bakar nabati alias BBN, sambil terus memperbaiki kadar air dan implementasi campuran biodiesel.

“Sekarang kadar airnya 320 tapi masih ada langkah-langkah yang harus kami lakukan terkait transportasi. Karena akan meningkatkan spek kapal sehingga kadar airnya betul-betul seminimal mungkin," ujar Bahlil.

Jika proses tersebut dilakukan dengan baik, pada 2026 Indonesia bisa mendorong penerapan B50. “Jadi, implementasi B40 di 2025 sambil mempersiapkan implementasi B50 di 2026,” kata Bahlil.

Harapan pemerintah, langkah tersebut dapat menghentikan impor solar pada tahun depan. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto berkaitan dengan ketahanan energi dan mengurangi impor.




Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...