IESR: Harga Listrik PLTS dan PLTB Lebih Murah, Bisa Bersaing dengan Fosil

Image title
27 Februari 2025, 16:31
Petugas memeriksa panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (26/8/2024). Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa kuota PLTS atap untuk tahun ini hampir h
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.
Petugas memeriksa panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (26/8/2024). Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa kuota PLTS atap untuk tahun ini hampir habis, dari kuota total 901 MW hanya tersisa sekitar 60-90 MW.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Institute for Essential Services Reform (IESR) mencatat harga listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT), khususnya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau angin, sudah mampu bersaing dengan pembangkit listrik berbasis fosil.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, mengatakan saat ini pemanfaatan PLTS sudah mencapai tingkat efisiensi di atas 30 persen dengan menggunakan panel surya berbasis perovskite. 

Sebagaimana diketahui, perovskite adalah suatu kelompok mineral yang memiliki struktur kristal khas dan sering digunakan untuk merujuk pada senyawa kimia dengan struktur serupa. 

“Saat ini sel surya berbasis perovskite dan tandem solar cell mampu mencapai efisiensi di atas 30%. Jauh lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi konvensional yang dulu berkembang,” ujar Fabby dalam konferensi pers virtual, Kamis (27/2).

Fabby mengatakan, efisiensi tenaga surya yang lebih tinggi menyebabkan biaya listriknya semakin turun. Ini membuat energi surya semakin kompetitif, bahkan jika dibandingkan dengan energi fosil. 

Selain itu, dia mengatakan, beberapa negara di dunia juga telah menunjukan bahwa kombinasi antara PLTS atau PLTB dengan battery energy storage systems (BESS) merupakan solusi yang membuat harga listrik EBT semakin kompetitif.

“Menurut laporan dari IEA, harga listrik dari kombinasi teknologi ini bahkan sudah lebih murah dibandingkan harga listrik dari gas bahkan dari PLTU sekalipun,” ujarnya.

Berdasarkan kajian IESR, ia mengatakan, harga listrik dari PLTS dan PLTB yang dipadukan BESS akan lebih murah jika dibandingkan PLTU batu bara. Namun perhitungan tersebut tanpa memasukkan kebijakan domestic market obligation (DMO) yang saat  ini membuat listrik

“Hal ini menunjukkan bahwa dengan investasi dan regulasi yang tepat, sebenarnya Indonesia juga bisa mengikuti tren global tersebut dengan dan mengamankan energi murah bersih dan handal untuk masa depan,” ucapnya.

Dengan memaksimalkan potensi EBT sampai dengan 2030, maka Indonesia akan mendapatkan dua hal positif dalam satu kali jalan. Dua hal tersebut adalah tercapainya ketahanan energi nasional, dan juga mampu membantu Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan komitmen pada perjanjian paris.

“Kami dari IESR melihat bahwa upaya kita untuk melakukan transisi energi itu sebenarnya bisa diselaraskan dengan upaya Indonesia untuk memangkas emisi gas rumah kaca secara ambisius untuk mencapai target Paris Agreement,” ungkapnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...