Penasihat Presiden: Dalam Masa Transisi, Energi Fosil Tidak Bisa Ditinggalkan

Image title
20 November 2025, 19:05
energi fosil, Purnomo Yusgiantoro, transisi energi
Instagram @purnomoyusgiantorocenter
Penasihat Presiden Urusan Energi, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan di tengah upaya percepatan transisi energi, Indonesia masih tidak dapat sepenuhnya meninggalkan energi fosil.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Penasihat Presiden Urusan Energi, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan di tengah upaya percepatan transisi energi, Indonesia masih tidak dapat sepenuhnya meninggalkan energi fosil. Menurutnya, posisi energi fosil masih vital bagi pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk dalam menopang pendapatan negara, ekspor, investasi, dan konsumsi publik.

"Saya katakan kegiatan eksplorasi produksi untuk keberadaan energi, suplai energi fosil itu mesti diteruskan mau enggak mau, suka enggak suka kita hidup di dalam alam yang tidak hanya ingin EBT (energi baru terbarukan) itu dikembangkan," kata Purnomo, dalam Indonesia Energy Transition Outlook (IETO), Kamis (21/11).

Purnomo mengatakan strategi energi Indonesia harus dilihat dari dua sisi, yaitu supply side (sisi pasokan) dan demand side (sisi permintaan) ekonomi. Dari sisi suplai, ia menilai eksplorasi dan produksi energi fosil tetap harus dilanjutkan.

Meskipun pengembangan EBT penting, Indonesia tetap memerlukan kontribusi energi fosil untuk investasi, konsumsi publik, hingga ekspor sebagai penopang target pertumbuhan ekonomi 8%.

Data terbaru menunjukkan ketergantungan Indonesia pada sektor energi fosil dan minerba masih sangat besar. Pada 2024, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) mencapai Rp269,6 triliun, atau sekitar 46,5% dari total PNBP nasional sebesar Rp 579,5 triliun.

Sub-sektor migas, minerba, batu bara, dan energi baru terbarukan serta konservasi energi (EBTKE) menjadi penyumbang terbesar dalam PNBP ESDM, dengan kontribusi dari migas sebesar Rp 110,9 triliun, minerba Rp 138 triliun, dan EBTKE Rp 2,8 triliun.

Selain itu, realisasi investasi hilirisasi 2024 juga masih didominasi sektor mineral dan migas. Dari total investasi Rp 407,8 triliun, porsi terbesar berada pada smelter minerba seperti nikel (Rp 245,2 triliun), tembaga (Rp 153,2 triliun), dan bauksit (Rp 21,8 triliun). Sektor petrokimia berbasis minyak dan gas berkontribusi Rp 23,1 triliun.

Cadangan Besar

Purnomo juga menyebut bahwa Indonesia masih memiliki cadangan besar sumber daya fosil seperti shale oil, shale gas, coal bed methane, serta potensi untuk mengoptimalkan kembali sumur-sumur cadangan.

Menurutnya, selama masa transisi, energi fosil tetap memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi. Namun ia menekankan teknologi ramah lingkungan harus diterapkan secara wajib pada seluruh aktivitas hulu dan hilir.

“Suka tidak suka, teknologi ramah lingkungan harus dilakukan,” katanya.

Meski demikian, Purnomo mengatakan pengembangan energi terbarukan tetap harus diperkuat. Energi air, surya, angin, panas bumi, bioenergi, hidrogen, dan bahkan nuklir harus terus didorong karena memiliki multiplier effect ekonomi yang besar.

"Ini terus digalakkan karena dia mempunyai multiplier effect. Kita ingin mendorong juga investasi dan inovasi teknologi untuk energi sekunder ini," tandasnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nuzulia Nur Rahmah

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...