Harga dan Keterbatasan Pembiayaan Hambat Peralihan Kendaraan Listrik Komersial

Ajeng Dwita Ayuningtyas
12 Desember 2025, 10:28
kendaraan listrik, kendaraan komersial
ANTARA FOTO/Anis Efizudin/rwa.
Pekerja merakit kendaraan listrik jenis truk di pabrik PT VKTR Sakti Industries Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/5/2025). Pabrik tersebut memproduksi kendaraan listrik komersial berbasis Completely Knocked Down (CKD) pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk merakit bus dan truk listrik sebagai tulang punggung ekosistem kendaraan listrik nasional dari hulu ke hilir.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

International Council on Clean Transportation (ICCT) menyatakan masih terdapat sejumlah tantangan untuk membuat masyarakat Indonesia beralih ke kendaraan listrik komersial. Hambatan utama di pasar Indonesia di antaranya pembelian awal yang tinggi, nilai jual kembali tak pasti, serta terbatasnya pilihan pembiayaan.

Meskipun biaya operasional kendaraan listrik komersial cenderung lebih rendah dibandingkan kendaraan komersial konvensional, harga truk dan bus listrik bahkan bisa dua kali lipat dari truk dan bus berbahan bakar diesel. 

Menanggapi isu tersebut, ICCT bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) serta PT VKTR Teknologi Mobilitas, bekerja sama melakukan riset mengulas biaya untuk memiliki dan mengoperasionalkan kendaraan komersial listrik dibandingkan jenis konvensional.

Riset ini akan mengkaji bagaimana insentif pemerintah, kemajuan teknologi, dan kondisi operasional di lapangan memengaruhi total biaya kepemilikan kendaraan komersial listrik sepanjang masa pakai di Indonesia. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan kendaraan konvensional. 

“Memahami dinamika biaya di dunia nyata ini sangat penting untuk merancang kebijakan yang dapat mempercepat transisi menuju kendaraan komersial tanpa emisi di Indonesia,” kata Direktur Program ICCT, Ray Minjares, dikutip dari keterangan resmi pada Jumat (12/12).

Perlu Insentif Fiskal

Sejalan dengan itu, Direktur VKTR V. Bimo Kurniatmoko menilai perlu dukungan kebijakan fiskal agar produksi kendaraan listrik komersial berlangsung kompetitif. 

“Insentif fiskal akan mempermudah produksi kendaraan komersial listrik dan mengendalikan total biaya kepemilikan, baik biaya yang dibutuhkan di awal maupun operasional,” katanya.

Selain itu menurutnya, kebijakan fiskal juga dapat mempermudah akses suku cadang bagi pemilik kendaraan. 

Sementara itu, Peneliti LPEM UI Alin Halimatussadiah menjelaskan, Indonesia berpeluang besar menangkap nilai ekonomi melalui pengembangan manufaktur lokal untuk kendaraan truk dan bus listrik. Pasalnya, banyak armada yang sudah tua dan perlu diganti.

Faktor lainnya adalah banyak daerah yang tengah memperluas layanan transportasi publik sebagai bagian dari program dekarbonisasi

Selain dekarbonisasi, perluasan armada kendaraan komersial tanpa emisi dapat memberikan manfaat yang lebih luas, seperti kualitas udara yang lebih baik, jalan yang lebih aman, dan fondasi bagi zona rendah emisi serupa di kota-kota besar.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...