Brasil dan Prancis Kucurkan Rp 17 Triliun untuk Lindungi Hutan Amazon
Brasil dan Prancis meluncurkan program investasi untuk melindungi hutan hujan Amazon Brasil dan Guyana selama empat tahun ke depan. Investasi yang berasal dari dana swasta dan publik ini mencapai US$ 1,1 miliar setara dengan Rp 17 triliun (Kurs Rp 15.823).
Hal ini disampaikan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, saat kunjungannya ke Amerika Selatan, Selasa (26/3) kemarin. Macron mengutarakan komitmen Prancis dalam melindungi hutan tropis di hutan hujan Amazon.
"Berkumpul di Belem, di jantung Amazon, kami, Brasil dan Prancis, negara-negara Amazon, telah memutuskan untuk bergabung untuk mempromosikan peta jalan internasional untuk perlindungan hutan tropis," kata Macron dalam pernyataan bersama dikutip dari Reuters, Rabu (27/3).
Negara-negara Amazon berjanji untuk bekerja sama dalam menghentikan deforestasi pada 2030. Langkah ini untuk berkontribusi memperlambat pemanasan global datang, sebelum Brasil menjadi tuan rumah pembicaraan negosiasi iklim COP30 di Belen pada 2025.
"Para presiden menyatakan komitmen mereka terhadap konservasi, restorasi, dan pengelolaan berkelanjutan hutan tropis dunia dan setuju untuk bekerja pada agenda yang ambisius, termasuk mengembangkan instrumen keuangan yang inovatif, mekanisme pasar, dan pembayaran untuk layanan lingkungan," kata pernyataan itu.
Kekeringan Hutan Amazon Cetak Rekor
Perubahan iklim adalah penyebab utama rekor kekeringan di hutan hujan Amazon yang mengeringkan sungai. Kekeringan tersebut membunuh lumba-lumba yang terancam punah, dan mengganggu kehidupan jutaan orang di wilayah tersebut.
Analisis kelompok ilmuwan internasional World Weather Attribution menyatakan pemanasan global membuat kekeringan 30 kali lebih mungkin terjadi. Pemanasan global juga mendorong suhu yang sangat tinggi dan berkontribusi pada penurunan curah hujan. Penelitian difokuskan pada bulan Juni hingga November tahun lalu.
Kekeringan yang melanda sembilan negara hutan hujan Amazon, termasuk Brasil, Kolombia, Venezuela, dan Peru, diperkirakan akan memburuk pada 2024. Kekeringan diperkirakan terjadi setelah musim hujan mulai surut pada bulan Mei, kata para ilmuwan dikutip dari Reuters, Kamis (25/1).
Perlindungan Amazon yang merupakan hutan hujan terbesar di dunia, dianggap penting untuk mengendalikan perubahan iklim karena banyaknya gas rumah kaca yang diserap oleh pepohonan. Kekeringan menurunkan permukaan air sungai di beberapa bagian wilayah tersebut ke titik terendah yang pernah tercatat.
“Kita seharusnya sangat khawatir dengan kesehatan hutan Amazon,” kata Regina Rodrigues, salah satu penulis studi dan peneliti di Universitas Federal Santa Catarina di Brasil.
Para peneliti mengatakan kekeringan dapat memperburuk kebakaran hutan. Jika dibarengi dengan perubahan iklim dan penggundulan hutan, hal ini dapat mendorong Amazon lebih cepat ke titik dimana bioma tersebut akan mengering dan tidak lagi menjadi hutan hujan yang subur.