Indonesia Berpotensi Raih Dana Rp 81,4 Triliun dari Obligasi dan Sukuk Oranye
Impact Investment Exchange (IIX) dan para pemimpin industri pasar modal meluncurkan rencana mobilisasi modal sebesar US$ 5 miliar atau Rp 81,4 triliun (kurs Rp 16.281/US$) untuk pasar modal oranye di Indonesia pada 2030. Penerbitan instrumen keuangan berupa obligasi oranye (orange bonds) dan sukuk oranye (orange sukuk) akan mendorong pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
Impact Investment Exchange (IIX) bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka diskusi meja bundar untuk membahas peta jalan strategis untuk membuka akses terhadap Orange Capital yang bersifat katalitik, termasuk peluncuran kerangka kerja Orange Bond dan Orange Sukuk. Orange Capital Markets dirancang untuk mendukung kesetaraan gender dan inklusi sosial dengan memperkuat peran Indonesia dalam keuangan berkelanjutan.
Diskusi ini mempertemukan para pemimpin lintas sektor termasuk pemerintahan, korporasi, regulator, perbankan, serta lembaga pembangunan. Tujuan diskusi ini adalah untuk mendorong standarisasi pasar modal yang menempatkan kesetaraan gender sebagai inti dari Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan Indonesia.
Indonesia telah berhasil memobilisasi lebih dari US$ 11 miliar atau Rp 179,1 triliun melalui instrumen keuangan hijau, keuangan syariah, dan instrumen lain yang selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Indonesia menjadi pemimpin regional dalam pasar keuangan berkelanjutan.
Mengintegrasikan Perspektif Gender
Untuk memperkuat momentum ini, obligasi dan sukuk oranye secara sistematis mengintegrasikan perspektif gender terutama bagi proyek-proyek yang berfokus pada perempuan serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ke dalam pasar pendapatan tetap melalui kerangka pembiayaan yang praktis dan dapat diskalakan.
“Komitmen bersama untuk mobilisasi US$ 5 miliar melalui Orange Capital Markets menandai momen transformasional bagi Indonesia dan Orange Movement™ secara global," kata Durreen Shahnaz, Pendiri dan CEO IIX, dalam keterangan resmi, Senin (11/8).
Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa pasar dapat berfungsi lebih baik bagi perempuan, komunitas, dan planet ini sekaligus turut mewujudkan Agenda SDGs 2030. "Sebagai salah satu pasar paling penting dalam keuangan berkelanjutan dan keuangan syariah, kepemimpinan Indonesia sangat penting untuk membuka masa depan yang lebih inklusif bagi semua,” kata Shahnaz.
Sebagai inti dari inisiatif ini, dua kerangka kerja nasional telah resmi diluncurkan:
1. Kerangka Kerja Orange Bond Indonesia menyediakan panduan komprehensif dalam perancangan, penerbitan, dan verifikasi obligasi yang sensitif gender, berdasarkan Prinsip Orange Bond™, yang mencakup alokasi modal positif gender, kapasitas dan kepemimpinan berwawasan gender, serta transparansi dalam proses dan pelaporan.
2. Kerangka Kerja Orange Sukuk Indonesia mengadaptasi prinsip-prinsip serupa dalam konteks pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selaras dengan Maqasid Al-Shariah, prinsip pendukung aset (asset-backing), dan regulasi keuangan syariah nasional, kerangka ini memberikan jalur yang jelas untuk mengintegrasikan tujuan kesetaraan gender dan inklusi sosial dalam strukturisasi sukuk, tata kelola, dan pengukuran dampak.
Obligasi dan sukuk oranye akan melengkapi obligasi hijau, sosial, dan berkelanjutan yang telah ada. Instrumen ini juga selaras dengan regulasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kedua kerangka kerja ini menawarkan struktur yang kuat dan praktis untuk memobilisasi modal yang berorientasi pada kesetaraan gender di seluruh prioritas pembangunan berkelanjutan Indonesia, mulai dari ketahanan iklim dan infrastruktur berkelanjutan hingga ekonomi kelautan dan inklusi keuangan. Obligasi dan sukuk oranye akan memperkuat dampak tanpa menambah kompleksitas.
“Di BEI, kami melihat meningkatnya minat dari korporasi untuk menerbitkan instrumen utang berkelanjutan, dan kami secara aktif mempromosikan serta mendorong korporasi untuk melakukannya sejalan dengan nilai keberlanjutan dalam pertumbuhan perusahaan mereka," kata Listyorini Dian Pratiwi, Vice Director Listed Company Development, Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penerbitan instrumen utang yang berkelanjutan menunjukkan komitmen kolektif pasar modal Indonesia dalam memitigasi dampak perubahan iklim, dengan mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan dalam pembiayaan perusahaan mereka.
Sebagai tindak lanjut, program Orange Bond Ecosystem Readiness Training akan diluncurkan guna membekali para pelaku pasar modal Indonesia dengan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk memimpin investasi iklim dan berkelanjutan yang berwawasan gender.
Pelatihan yang didukung oleh Ford Foundation Indonesia dan IIX ini mencakup tata kelola, strukturisasi, pengukuran dampak, dan strategi penempatan investor yang disesuaikan secara khusus dengan lanskap keuangan berkelanjutan, serta konteks regulasi di Indonesia. Hal ini untuk memastikan Kerangka Kerja Orange dapat diterjemahkan menjadi arus modal yang berdampak dan inklusif.
