Mengenal Istilah Baru Pendidihan Global, Gantikan Era Pemanasan Global

Aditya Widya Putri
4 Agustus 2023, 10:41
Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Antonio Guterres di markas besar PBB, New York, Kamis (27/7), menyebut bahwa bumi telah memasuki era pendidihan global (global boiling), bukan lagi pemanasan global (global warming).
Katadata / Wahyu Dwi Jayanto
Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Antonio Guterres di markas besar PBB, New York, Kamis (27/7), menyebut bahwa bumi telah memasuki era pendidihan global (global boiling), bukan lagi pemanasan global (global warming).

Baru-baru ini Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Antonio Guterres menyebut bahwa bumi telah memasuki era pendidihan global (global boiling), bukan lagi pemanasan global (global warming) seperti yang kita pahami selama ini.

“Era pemanasan global telah berakhir, kini kita menghadapi era pendidihan global. Perubahan iklim ada di sini, ini menakutkan, padahal baru permulaan,” katanya di markas besar PBB, New York, Kamis (27/7) seperti melansir dari Reuters.

Komentar Guterres itu merespon laporan para ilmuwan yang menyebut Juli 2023 menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah dunia. Suhu telah melonjak di atas 52°c, dibanding Juli 2019, suhu rata-rata Juli tahun ini diproyeksikan naik 0,2°c. Sementara sebelumnya, bulan Juli 2019 memecahkan rekor sebagai bulan terpanas sejak 174 tahun lalu.

“Perbedaan antara Juli 2023 dan Juli 2019 sangat besar, sehingga kami bisa mengatakan dengan pasti ini adalah bulan terpanas sepanjang sejarah,” kata Ilmuwan iklim dari Leipzig University Karsten Haustein.

Analisis bulan terpanas tersebut dilakukan oleh Leipzig University Jerman dan rilis pada Kamis (27/7). Haustein menganalisis suhu Juli berdasar data suhu awal dan permodelan cuaca, termasuk perkiraan suhu hingga akhir bulan Juli.

Bahkan catatan iklim yang dikumpulkan para ilmuwan dari sejumlah inti es dan inti pohon, menunjukkan bahwa Bumi tidak pernah sepanas ini dalam kurun waktu 120 ribu tahun.

Sebelumnya dua organisasi lingkungan dunia, World Meteorological Organization (WMO) dan Copernicus Climate Change Service (C3S), juga sudah mengonfirmasi bahwa tiga minggu pertama bulan Juli memecahkan rekor sebagai kurun waktu terpanas. Meski begitu WMO tetap menyarankan publik menunggu semua data diproses masuk pada Agustus.

“Saat ini anak-anak tersapu hujan monsun, banyak keluarga lari dari kobaran api, para pekerja ambruk menghadapi panas terik. Udara tidak bisa dihirup karena panas tak tertahankan,” lanjut Guterres.

Ia menyebut masih mungkin membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°c sesuai rekomendasi Paris Climate Agreement 2015, menghindari dampak perubahan iklim yang lebih buruk dengan aksi iklim yang signifikan dan segera. Dia lagi-lagi meminta dunia untuk lepas dari sektor bahan bakar fosil sebagai penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar.

“Bagi sebagian besar masyarakat Amerika Utara, Asia, Afrika, dan Eropa, ini merupakan musim panas yang menyiksa. Bagi seluruh planet, ini adalah bencana," tambahnya

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...