Sepak Terjang Pieter Tanuri di Industri Ban Melalui Multistrada
Industri ban mendapat angin segar di tengah situasi pandemi Covid-19, di antaranya perusahaan lokal Multistrada. Setelah puasa laba dari 2014 hingga 2019, kinerja emiten dengan kode saham MASA besutan Pieter Tanuri ini justru positif di musim pagebluk. Salah satunya berkat sokongan insentif pajak barang mewah PPnBM yang mendongkrak penjualan otomotif, juga kontribusi ekspor ban.
Kesuksesan Multistrada juga tak lepas dari kendali pemegang saham utamanya, produsen ban dunia Michelin. Prospek positif perusahaan ini berhasil menyita perhatian investor pasar modal di 2021. Saham MASA termasuk penopang pergerakan indeks harga saham gabungan alias IHSG sepanjang tahun ini.
Berdasarkan laman resmi Bursa Efek Indonesia, sepanjang tahun ini IHSG naik 9,7 %. Beberapa emiten menjadi penopang tren kenaikan tersebut, satu di antaranya saham MASA yang tumbuh 543 % sejak awal tahun hingga Desember ini.
Saham MASA pertama kali ditawarkan ke publik pada 2005 sebanyak satu juta lembar. Harga penawaran saat itu dibanderol Rp 170 per saham. Alhasil, emiten ban kendaraan bermotor ini mengantongi dana segar Rp 170 miliar.
Pergerakan saham Multistrada cukup fantastis. Melansir RTI Bussiness, saham MASA awet bertengger di zona hijau lima tahun terakhir atau naik sekitar 3.224, 5 %. Dalam setahun terakhir, emiten itu juga membukukan kenaikan di atas seribu persen.
Adapun pada perdagangan Senin (27/12), saham MASA terkoreksi 2,3 % ke level Rp 6.250 per saham. Harga tersebut lebih rendah dibandingkan perdagangan Jumat (24/12) yang ditutup naik di level Rp 6.400 per saham.
Perjalanan Bisnis Multistrada
Perusahaan ban Indonesia ini berdiri pada 20 Juni 1988 dengan nama PT Oroban Perkasa. Untuk memulai usahanya, Oroban bekerja sama dengan Pirelli Italia pada 1991 untuk pengembangan teknologi. Tidak berhenti di situ, empat tahun kemudian, tepatnya 1995, Oroban memperluas kerja sama di bidang komersial dan distribusi dengan Continental GmbH, Jerman.
Nama perusahaan ini kemudian berganti pada 9 Desember 1996 menjadi Multistrada Arah Sarana seperti yang dikenal saat ini. Perubahan terjadi lantaran terjadi proses akuisisi, di mana Oroban diambil alih oleh Multistrada.
Di bawah kepemimpinan baru, Multistrada melantai di Bursa Efek Indonesia pada 9 Juni 2005. Bersamaan dengan penawaran saham perdana (IPO), MASA berhasil mendanai proyek dan meluncurkan merek ban mobil komersialnya, Achilles Radial. Dua tahun kemudian, MASA meluncurkan ban motor Corsa.
Bisnis ban Multistrada semakin gemilang di tahun-tahun berikutnya. Dilansir dari laman perusahaan, Achilles menjadi perusahaan ban pertama yang menjadi sponsor Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung (Persib) pada 2009. MASA juga menjadi perusahaan ban Indonesia pertama yang mensponsori Formula Drift Asia 2011, hingga menjadi perusahaan ban pertama yang mensponsori Paris Saint-Germain pada 2016.
Eksistensi Multistrada menjadi sponsor berbagai acara bergengsi rupanya tak sejalan dengan kinerja perusahaan saat itu. Berdasarkan catatan Katadata, emiten MASA sempat diterpa cobaan pada 2014, saat harga ban rendah dan pasokan ban dari Cina juga melonjak. Alhasil, laba bersih perusahaan sempat tergerus 81,3 % ke level Rp 7,18 miliar, melansir data Trading View .
Tekanan kinerja keuangan terus berlanjut. Pada 2015 laba bersih Multistrada merosot 5.000 % dan harus merugi Rp 358,9 miliar. MASA pun terus membukukan kerugian di tahun-tahun beriktunya akibat pasar otomotif domestik lesu, baik sepeda motor dan mobil, serta ekspor ban melemah.
Pada 2019, Multistrada mulai membukukan kinerja lebih baik. Di akhir tahun itu perusahaan mampu mempersempit kerugian menjadi Rp 158,2 miliar. Tahun yang sama, Multistrada juga dipinang oleh perusahaan ban terbesar di dunia, Michelin Prancis.
Michelin ingin mengakuisisi saham Multistrada senilai US$ 49 juta. Keadaan ekonomi yang cukup sulit pada tahun-tahun sebelumnya membuat Multistrada menerima pinangan Michelin. Tepat pada 23 Januari 2019, Michelin memegang saham utama MASA. Berdasarkan data RTI Business, sebanyak 99,6 % saham MASA kini dipegang perusahaan Perancis tersebut.
Fokus bisnis perusahaan adalah produksi ban kendaraan di bawah dua merek, yaitu Achilles dan Corsa. Corsa fokus memproduksi ban kendaraan roda dua, sementara Achilles fokus memproduksi ban mobil penumpang (passenger car), mobil sport utility vehicle (SUV), dan light truck dengan tipe Steel Belted Tubeless.
Data terakhir Multistrada 2020 menunjukkan kapasitas produksi perusahaan mencapai 11 juta ban kendaraan roda empat. Sedangkan produksi ban kendaraan roda dua hingga sembilan juta, dengan tingkat utilisasi masing-masing 67 % dan 69 %.
Menurut paparan publik 27 Agustus 2021, dalam tiga bulan pertama 2021, MASA memproduksi dua juta unit ban mobil dan 1,2 juta unit ban kendaraan roda dua. Angka produksi ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 34 % di ban mobil dan 2 % untuk ban kendaraan roda dua.
Pada periode yang sama, Multistrada sudah menjual 2,1 juta unit ban mobil dan 1,4 juta unit ban motor. Terdapat peningkatan 52 % untuk penjualan produk ban mobil dan 11 % untuk ban motor, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Produk ban Multistrada sudah didistribusikan ke berbagai benua: Asia, Amerika, Australia, dan Eropa. Secara khusus juga masuk pasar Timur Tengah. Dalam paparan publik, perusahaan ban tersebut menyampaikan 71 % distribusi penjualan melalui pasar Amerika. Sisanya, 20 % ke pasar domestik, dan sekitar 6% didistribusikan ke pasar Asia.
Untuk memaksimalkan lini bisnis utama, Multistrada memiliki anak perusahaan yang mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI) berupa hutan karet seluas 127.000 hektar di Kalimantan Barat dan Timur. Anak perusahaan itu bernama PT Multistrada Agro Internasional (MAI), PT Meranti Laksana (MLA), PT Meranti Lestari (MLI), PT Mitra Jaya Nusaindah (MJN), dan PT Sylvaduta (SDC).
Bisnis Pieter Tanuri hingga Klub Bola Bali United
Pieter Tanuri tercatat sebagai pemilik dari Multistrada Arah Sarana, sebelum akuisisi dengan Michelin. Kini, pria kelahiran 21 Oktober 1963 ini menjabat Komisaris di Multistrada. Selain di sana, Pieter menjabat Presiden Komisaris PT Buana Capital dan komisaris PT Philadel Terra Lestari.
Perjalanan bisnis Pieter Tanuri sudah dimulai sejak 1990-an, di mana dirinya sempat menjadi salah satu pendiri Trimegah Securities. Pieter juga berkecimpung di perusahaan sekuritas lain, yakni PT Philadel Terra Lestari yang kini memiliki 6,7 % saham PT Bank Ina Perdana.
Selain seorang pebisnis, Pieter dikenal sebagai pecinta sepak bola. Dia pemilik klub sepakbola Bali United. Kepemilikan Pieter atas klub ini dimulai ketika dia membeli klub Persisam Putra Samarinda dari Harbiansyah Hanafiah pada 2015 dan menjadi Bali United.
Tidak hanya mengelola klub sepak bola, Pieter juga membawa Bali United melantai di BEI dengan nama PT Bali Bintang Sejahtera alias BOLA. Penawaran saham perdana BOLA dilakukan pada 17 Juni 2019 lalu, sebanyak 2 miliar lembar saham seharga Rp 175. Kini Pieter memiliki 39,3 % saham BOLA.