Menelusuri Kiprah Dato Sri Tahir di Pohon Bisnis Mayapada Group

Amelia Yesidora
4 Januari 2022, 13:00
Menelusuri Kiprah Dato Sri Tahir di Pohon Bisnis Mayapada Group
bankmayapada.com

Pandemi telah menghantam ekonomi di berbagai lini usaha, tak terkecuali industri jasa keuangan. Salah satunya, Bank Mayapada. Sepanjang 2021, saham bank dengan kode emiten MAYA tersebut merosot 85,5 % ke level Rp 660 per saham, Kamis (30/12).

Sempat sukses melalui badai krisis moneter 1998, rupanya tak menjamin bank besutan Dato Sri Tahir ini bisa melenggang melewati gelombang pandemi Covid-19. Ditambah lagi, dalam lima tahun terakhir saham bank berusia tiga dekade lebih itu sudah awet berada di zona merah.

Bank Mayapada Aman dari Krisis 1998

Bank Mayapada didirikan oleh Dato Sri Tahir sejak 7 September 1989 di Jakarta. Perusahaan ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada 10 Januari 1990. Kegiatan komersial bank kemudian berjalan pada 16 Maret 1990. 

Delapan tahun sejak didirikan, kinerja perbankan yang fokus pada kredit usaha kecil ini mampu bertahan dari berbagai tantangan, termasuk krisis moneter 1998. Saat itu, Bank Mayapada termasuk dalam bank yang bertahan dan tak ambruk seperti bank swasta lain, yang terpaksa mengambil kredit dari bank asing. 

Likuiditas Bank Mayapada sempat terselamatkan di 1998, karena setahun sebelumnya perusahaan baru melangsungkan aksi korporasi, initial public offering alias IPO. Perusahaan perbankan itu, resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 Agustus 1997 dengan kode saham MAYA

Adapun harga saham MAYA saat itu dibanderol Rp 800 per saham. Di mana, pada penawaran perdananya Bank Mayapada melepas 65 juta lembar saham ke publik. Alhasil, dari aksi korporasi 24 tahun lalu, perusahaan mengantongi dana sebanyak Rp 52 miliar. 

Dilansir dari paparan publik Desember 2020, kini Bank Mayapada sudah memiliki 39 kantor cabang, 91 kantor cabang pembantu, 83 kantor fungsional, 3 kantor kas, dan 145 ATM di 25 provinsi di Indonesia. Bank ini juga sudah merambah ke industri asuransi melalui kemitraan dengan Zurich Insurance dan Sompo Insurance

Gurita Bisnis Mayapada Group

Bank Mayapada bukanlah usaha satu-satunya perusahaan yang didirikan oleh Tahir. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa Bank Mayapada adalah tulang punggung dari gurita bisnis Tahir, atau lebih dikenal sebagai Mayapada Group. Selain lini bisnis jasa keuangan berupa bank, Mayapada Group juga memiliki empat lini bisnis lainnya, yaitu:

Pertama, layanan kesehatan milik Mayapada Group yakni Mayapada Hospital dan Mayapada Clinic. Usaha ini sudah dimulai akhir tahun 2000-an melalui PT Sejahteraraya Anugrahjaya. Perusahaan ini bahkan sudah menjadi perusahaan terbuka dengan kode saham SRAJ.

Kedua, bisnis media. Dalam lini bisnis ini, Mayapada Group memegang dua media. Salah satunya adalah Majalah Forbes, di mana Mayapada Group terpilih sebagai mitra lokal. Selain itu, Mayapada Group juga berinvestasi di berita harian berbahasa Mandarin bernama Guo Ji Ri Bao. 

Ketiga, bisnis ritel. Mayapada Group bermitra dengan Duty Free Shopper (DFS) Indonesia pada akhir 1980-an. DFS sendiri merupakan anak perusahaan dari LVMH (Louis Vuitton Moet Hennessy). 

Keempat, hotel dan real estate. Perusahaan ini mengelola properti yang ada di dalam dan luar negeri. Menurut laman resmi perusahaan, Mayapada Group memiliki lebih dari empat menara perkantoran di Central Business District (CBD) Jakarta dan dua gedung perkantoran di CBD Singapura. Grup ini juga memulai industri jasa perhotelan dan menunjuk Regent Hotel untuk membuka resor di Bali pada 2013.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...