Duet Alumni ITB Mengembangkan Nusatama Berkah hingga IPO
Setelah beroperasi lebih dari satu dekade, PT Nusatama Berkah akhirnya masuk daftar di pasar modal. Rabu dua pekan lalu, perusahaan yang dibangun oleh Bambang Susilo dan Ismu Prasetyo, duo alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.
Dalam penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO), Nusatama yang memiliki kode emiten NTBK melepas 700 juta lembar yang setara dengan 25,93 % dari saham keseluruhan perusahaan. Dengan patokan harga Rp 100 per lembar, Nusatama memperoleh dana sekitar Rp 70 miliar.
Melansir prospektus perusahaan, sekitar 87,21 dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja, seperti penyediaan bahan baku, gaji karyawan, komisi, dan biaya pemasaran. Selanjutnya, 6,77 % hendak dipakai untuk memperluas area yang dapat digunakan untuk kegiatan produksi serta ruang penyimpanan bagi produk Nusatama.
Sisa 6,02 % dari dana IPO untuk membeli mesin. Beberapa di antaranya yakni CNC automatic gas & plasma cutting, overhead crane, forklift 6T, 400A Welding DC Machine Transformers, dan lain-lain.
Dua peruntukan terakhir ini masuk kategori capital expenditure (CAPEX) dan akan selesai paling lambat pada kuartal kedua tahun ini. Sementara peruntukan pertama akan dikategorikan sebagai biaya operasional (operating expenditure).
Beriringan dengan penawaran saham perdana, NTBK juga menerbitkan 700 juta waran seri I yang setara 35 % dari total jumlah saham perusahaan. Waran seri I ini diberikan gratis bagi pemegang saham baru yang namanya tercatat sebagai pemegang saham pada tanggal penjatahan. Seluruh yang diperoleh dari pelaksanaan waran seri I akan digunakan untuk modal kerja NTBK.
Di pekan pertama papan bursa, investor cukup antusias. Baru sehari setelah IPO, Rabu (9/2) lalu, saham Nusatama Berkah ditutup naik 35 % di Rp 135 dari harga penawaran Rp 100 per saham. Dengan peningkatan harga saham yang tinggi, NTBK berhasil menjadi top gainers memimpin 271 saham lain yang juga berada di zona hijau perdagangan pada hari itu.
Sekitar seminggu setelah penawaran perdana, Selasa (15/2), saham NTBK sempat turun, ditutup di harga Rp 103, turun 6,36 % hari sebelumnya, Rp 110. Total dalam sepekan, data RTI Business mencatat harga saham NTBK meningkat 3 %. Kini, NTBK memiliki tingkat cakupan pasar Rp 278,1 miliar.
Aneka Jenis Kendaraan Produksi Nusatama Berkah
Nusatama Berkah berdiri pada 2009 sebagai sebuah perusahaan manufaktur kendaraan khusus atau special vehicle. Hingga kini, NTBK masih berfokus pada manufaktur ini, yang menunjang industri minyak dan gas (migas), pertambangan, kehutanan, logistik, dan kendaraan jasa lainnya.
Di sektor migas, Nusatama memproduksi tiga jenis kendaraan, yaitu high bed trailer, low bed trailer, dan truck crane. Untuk membantu kegiatan pertambangan, perusahaan memproduksi side dump truck berkapasitas hingga 120 meter kubik dan truk jungkit (dump truck). Sementara di usaha kehutanan, Nusatama membuat logging pole trailer dengan kapasitas 60 ton.
Dari lini logistik, ada tiga kendaraan yang diproduksi yaitu high bed trailer, mixer, dan truk air. Terakhir, sebagai kendaraan jasa, ada truk penyapu jalan dan truk vakum. Dalam penanganan Covid-19, Nusatama juga menyediakan truk generator oksigen.
Sebagai penunjang keempat jenis bisnis tersebut, hingga Mei 2021, pendapatan terbesar NTBK diperoleh dari perusahaan pertambangan. Dalam sumber pendapatan perseroan disebutkan lini pertambangan menyumbang Rp 12,5 miliar atau setara 64 % dari total pendapatan.
Kemudian, lini kehutanan berkontribusi Rp 6,5 miliar atau setara 33,1% pendapatan dan lini konstruksi sebesar Rp 438 juta atau setara 2,23% pendapatan. Lalu, lini migas menyumbang Rp 108 juta atau setara 0,55 % dari total pendapatan perusahaan. Total pendapatan hingga Mei 2021 sebesar Rp 19,6 miliar.
Jenis kendaraan yang menyumbang pendapatan NTBK adalah logging pole truck dan side dump truck serta trailer. Ketiga kendaraan ini digunakan sebagai penunjang sektor industri kehutanan, pertambangan, dan migas.
Dalam prospektus perusahaan disebutkan bahwa segmen pasar yang menjadi target perusahaan adalah kendaraan transportasi mineral dan batubara (hauling), pengerukan dan overburden (OB) removal, transportasi bahan bakar minyak, air, semen, hingga beton siap pakai. Untuk menyasar pasar tersebut, perusahaan mempunyai kapasitas produksi 100 unit per bulan.
Nusatama Berkah Didirikan Oleh Duet Alumni ITB
Nusatama Berkah dibangun oleh Bambang Susilo dan Ismu Prasetyo, duo alumni Teknik Mesin dari ITB. Sebelum membangun NTBK, kedua orang ini lebih dulu menekuni industri kendaraan spesial begitu lulus dari kampus pada 1989.
Bambang Susilo tercatat pernah menjadi insinyur (engineer) di PT United Tractor Pandu Engineering selama setahun setelah lulus dari ITB. Kemudian ia pindah ke PT Cipta Intrasarana Intitama sebagai kepala insinyur desain dari 1990 hingga 2004. Karier Bambang di perusahaan ini berlanjut hingga menjabat presiden direktur di 2004 hingga 2009. Di Cipta Intrasarana itulah Bambang bertemu Ismu Prasetyo.
Ismu sendiri telah bergabung di PT Cipta Intrasarana sejak 1990. Ia pernah menjabat sebagai Direktur General & Administratif, Sumber Daya Manusia, Business Development, serta sekretaris perusahaan. Kariernya berlanjut hingga mencapai posisi komisaris dari 2003 hingga 2009. Sebelumnya, Ismu juga tergabung sebagai insinyur di LPM ITB selama sebelas tahun, dari 1988 hingga 1999.
Setelah Ismu dan Bambang keluar dari PT Cipta Intrasarana, mereka bekerja sama membangun Nusatama Berkah di 2009. Ismu menjabat sebagai direktur perusahaan dan Bambang sebagai direktur utama. Jabatan ini masih mereka pegang hingga sekarang.
Kedua direktur NTBK ini memegang porsi saham yang sama yaitu 100 juta lembar, setara 3,7 % dari total saham perusahaan. Pemegang saham NTBK terbesar adalah PT Reborn Capital sebanyak 1,4 miliar lembar, setara 51,85 %.
Sementara saham di tangan publik sebanyak 700 juta atau setara 25,93 %. Dua nama lain yang memegang saham NTBK yaitu Andri Budhi Setiawan selaku komisaris utama dengan porsi 10,37 % setara 280 juta lembar dan Wulan Lukita Dewi selaku komisaris sebesar 4,45 % atau 120 juta lembar.