BASF, Raksasa Bahan Kimia Jerman Akan Investasi Baterai di Indonesia

Dzulfiqar Fathur Rahman
17 April 2023, 14:44
baterai, nikel, smelter, Jerman, BASF.
123rf.com/udo72
Produsen bahan kimia asal Jerman, BASF.

Perwakilan BASF bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Hannover, Jerman, pada Minggu (16/4). Perusahaan yang bermarkas di Ludwigshafen ini merupakan produsen bahan kimia terbesar di dunia.

Pertemuan tersebut terjadi di sela-sela acara Hannover Messe. Jokowi dan BASF melakukan pembahasan terkait  investasi  proyek pengolahan bahan baku baterai kendaraan listrik di Maluku Utara.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, pertemuan itu menandai Indonesia sebagai destinasi menarik bagi perusahaan-perusahaan Eropa. "Kurang lebih investasi BASF sekitar US$ 2,6 miliar (Rp 38,4 triliun)," katanya. 

Perusahaan akan bekerja sama dengan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet, untuk membangun fasilitas pemurnian alias smelter nikel di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara. Proyek yang dinamai Sonic Bay ini memakan investasi akan mulai berlangsung pada akhir 2023.

Presiden joko Widodo saat pertemuan dengan perusahaan Jerman di Hannover, Jerman, Minggu (16/4). Foto: Tangkapan layar Youtube Sekretariat Presiden.
Presiden joko Widodo saat pertemuan dengan perusahaan Jerman di Hannover, Jerman, Minggu (16/4). (Youtube/Sekretariat Presiden)

Profil BASF

Investasi ini memperluas portfolio bisnis BASF. Menurut situs resminya, perusahaan dengan nama panjang Badische Anilin und Sodafabrik itu memiliki enam segmen bisnis, yaitu bahan kimia, material, solusi industri, teknologi permukaan (surface technology), nutrisi dan perawatan, serta solusi pertanian.

Berdiri pada 1865, BASF berawal dari bisnis pewarna. Industrialis Jerman Friedrich Engelhorn mendirikan perusahaan itu di Mannheim, Jerman, untuk memproduksi bahan kimia yang dibutuhkan untuk memproduksi pewarna, seperti soda dan asam.

BASF pernah bergabung dengan lima produsen bahan kimia lainnya untuk membentuk IG Farbenindustrie AG (IG Farben) antara 1925 dan 1952. Perusahaan patungan ini sempat meraup keuntungan dari pemerintahan Adolf Hitler lewat jaminan harga dan pekerja yang dipaksa dari kamp konsentrasi.

Setelah Jerman kalah perang, pasukan sekutu mengambil alih IG Farben dan membubarkannya. Namun, eks anggota Partai Nazi Carl Wurster memulihkan BASF pada 1952. Saat pulih kembali, produsen bahan kimia itu menambahkan produk baru, yaitu nilon.

Ekspansi Bisnis BASF

Pada 1960-an, BASF mulai memperluas penjualannya ke pasar internasional. Raksasa produsen bahan kimia itu membangun pabrik di Argentina, Australia, Belgium, Brasil, Prancis, India, Italia, Jepang, Meksiko, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat (AS).

Di Indonesia, BASF mulai beroperasi sejak 1976 dan mulai melakukan kegiatan produksi komersial sejak 1977. Terdapat dua perusahaan yang dikuasai penuh oleh BASF, yaitu PT BASF Indonesia dan PT BASF Distribution Indonesia. Selain itu, BASF juga memiliki perusahaan patungan PT BASF Care Chemicals Indonesia.

BASF telah mengoperasikan tiga pabrik, yaitu di Jakarta Barat yang berdiri pada 1977, di Cilegon, Banten, yang berdiri pada 1993, dan di Cimanggis, Jawa Barat, yang berdiri pada 1976.

Reporter: Dzulfiqar Fathur Rahman
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...