Trump Akhirnya Restui TikTok Beroperasi Kembali di AS
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merestui kesepakatan yang mengizinkan TikTok beroperasi kembali di negara tersebut. Hal itu diungkapkan Trump setelah memblokir penggunaan aplikasi dari perusahaan asal Tiongkok tersebut sejak Agustus 2020.
Saat konferensi pers di Gedung Putih, Trump menyatakan dia mendukung kesepakatan transaksi saham antara ByteDance, perusahaan pencipta aplikasi TikTok, dengan Oracle dan Walmart. Kesepakatan itu, lanjut dia, bakal menciptakan perusahaan bernama TikTok Global yang beroperasi di AS.
Kementerian Perdagangan AS dalam pernyataan tertulis menyebut bahwa Oracle bakal bertanggung jawab terhadap teknologi dan data pengguna di Negeri Paman Sam. Adapun persetujuan transaksi antara Oracle dan Walmart serta dokumentasi dan ketentuan yang diperlukan tengah dikaji oleh Komite Investasi Asing AS.
Perusahaan saham AS diharapkan memegang 53% saham TikTok Global. Sedangkan investor asal Tiongkok dapat memiliki 36% saham.
Trump mengatakan perusahaan baru itu akan sepenuhnya dikendalikan oleh Oracle dan Walmart. Oracle menyatakan akan mengambil 12,5% saham TikTok Global.
Berdasarkan kesepakatan, ByeteDance menyatakan Oracle dan Walmart akan mengambil bagian dari putaran pendanaan pra-IPO TikTok Global. Dengan begitu, mereka dapat mengambil hingga 20% saham kumulatif di perusahaan.
Sedangkan sisanya 80% akan dipegang oleh ByteDance. Namun, belum ada kepastian apakah saham Bytedanceakan didistribukan ke investor ketika TikTok Global didirikan. Investor AS saat ini memiliki sekitar 40% dari ByteDance.
Di sisi lain, TikTok menyatakan senang dengan proposal yang ditawarkan Oracle dan Walmart. Proposal tersebut akan menyelesaikan masalah keamaan administrasi dan pertanyaan seputar masa depan TikTok di AS.
TikTok pun mengatakan Oracle akan menjadi penyedia teknolologi yang terpercaya, yang bertanggung jawab untuk menampung semua data pengguna AS. Selain itu, Oracle mengamankan sistem komputer terkait untuk memastikan persyaratan keamanan AS di penuhi sepenuhnya.
Trump pun menawarkan dukungan kuat untuk kesepakatan yang digadang-gadang bakal menciptakan 25 ribu pekerjaan di AS. "Saya telah memebrikan kesepakatan itu restu saya. Saya menyetujui kesepakatan dalam konsep," ujar Trump dikutip dari Reuters pada Minggu (20/9).
Sebelumnya, sejumlah pejabat AS telah menyatakan keprihatinan tentang data pengguna dan potensi Tiongkok untuk mengakses data tersebut. Pasalnya, sekitar 100 juta orang Amerika menggunakan TikTok
"Keamanannya akan 100%," kata Trump kepada wartawan.
Di sisi lain, Pemerintah Tiongkok disebut-sebut menyiapkan tindakan balasan terhadap pemerintah AS yang melarang aplikasi TikTok dan aplikasi pembayaran elektronik dan media sosial WeChat. "Kalau AS tetap bertahan, Tiongkok pasti akan mengambil tindakan balasan yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan yang sah terhadap dua perusahaan tersebut," demikian pernyataan Kementerian Perdagangan China (Mofcom) yang dilansir dari Antara pada Minggu (20/9).
Presiden AS Donald Trump melarang warganya menggunakan dua aplikasi buatan Tiongkok. Mofcom menilai larangan tersebut secara serius merusak hak perusahaan dan mengganggu tatanan pasar. Selain itu, lanjut Mofcom, keputusan AS tidak berdasar dan dapat merusak kepercayaan investor internasional yang hendak berinvestasi di sana.
"Kami kecewa atas keputusan tersebut dan aplikasi ini diblokir bagi pengunduh baru mulai Minggu serta aplikasi ini dilarang mulai 12 November 2020. Di AS, kami punya komunitas pengguna TikTok sebanyak 100 juta karena ini telah menjadi tempat hiburan, ekspresi pribadi, dan menjalin koneksi," ujar manajemen TikTok perwakilan AS dikutip Xinhua.
Kementerian Perdagangan AS, Jumat (18/9), mengeluarkan keputusan bahwa aplikasi TikTok sudah tidak bisa ditemukan lagi di Apple Store dan Googgle Pay mulai Minggu (20/9). Kemudian mulai 12 November 2020, TikTok dan WeChat akan dilarang di negara adidaya itu.