Pfizer-BioNTech Akan Pasok Vaksin Covid-19 ke COVAX
Pfizer dan BioNTech disebut-sebut setuju memasok vaksin virus corona ke COVAX, lembaga vaksin bersama yang digagas WHO. Dengan begitu, COVAX memiliki lebih banyak dosis vaksin Covid-19 untuk didistribusikan ke negara-negara dengan ekonomi miskin dan menengah.
Meski begitu, jumlah vaksin dan harga yang ditawarkan Pfizer-BioNTech ke COVAX belum diumumkan secara resmi. Sumber Reuters menyebutkan perusahaan itu kemungkinan akan memberikan jatah yang relatif kecil. Sebab, Pfizer-BioNTech telah memiliki perjanjian menyuplai ratusan juta dosis vaksin ke negara-negara kaya.
Terakit hal tersebut, BioNTech menolak berkomentar dan Pfizer tidak memberikan jawaban kepada Reuters. Juru bicara WHO dan aliansi vaksin GAVI, yang turut memimpin skema COVAX, juga menolak berkomentar.
Namun Penasihat senior WHO Bruce Aylward pada Senin (18/1) menyatakan bahwa COVAX berada dalam diskusi yang sangat rinci dengan Pfizer. Dia pun berharap perusahaan itu segera bergabung dengan COVAX.
Rencananya, COVAX akan mulai distribusi vaksin virus corona pada Februari 2021. Ukraina menjadi salah satu negara yang akan mendapatkan vaksin tersebut.
Otoritas Ukraina menyatakan pada pekan lalu bahwa pengiriman pertama vaksin Covid-19 di bawah skema COVAX dapat tiba pada paruh pertama bulan depan. Pengiriman perdana itu mencapai 210.000 dosis vaksin dari Moderna, Pfizer atau AstraZeneca.
Secara keseluruhan, COVAX berharap dapat memberikan lebih dari dua miliar dosis Covid-19 ke seluruh dunia pada tahun ini. Dari jummlah tersebut, sekitar 1,8 miliar dosis akan diberikan kepada 92 negara miskin yang mencakup sekitar 27% dari populasi mereka.
Adpaun COVAX merupakan skema vaksin bersama yang dipimpin oleh WHO, aliansi vaksin GAVI, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI). Lembaga tersebut didirikan pada tahun lalu di tengah kekhawatiran bahwa negara-negara miskin akan kesulitan bersaing dengan negara kaya dalam upaya mendapatkan vaksin virus corona.
COVAX sejauh ini telah mendapatkan pasokan vaksin dari AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford, Institut Serum India (SII), dan Sanofi beserta mitranya GSK. Selain itu, COVAX memiliki nota kesepahaman dengan Johnson & Johnson.
Adapun kesepakatan dengan Pfizer menjadi yang kedua bagi COVAX dalam upaya mendapatkan vaksin dengan izin penggunaan darurat di berbagai negara. Sebelumnya, COVAX berhasil menyepakati kerja sama dengan AstraZeneca. Selain itu, vaksin Pfizer dan BioNTech COVID-19 juga sudah mendapat persetujuan daftar penggunaan darurat oleh WHO.
Komitmen Pfizer memasok vaksin ke COVAX muncul berbarengan dengan kebijakan perusahaan memotong pasokan vaksin ke negara-negara Eropa. Pfizer mengatakan pada pekan lalu akan mengurangi pengiriman ke Eropa hingga awal Februari 2021.
Keputusan itu diambil karena BioNTech dan Pfizer ingin meningkatkan produksi. Mereka menargetkan dapat memproduksi 2 miliar dosis vaksin tahun ini, naik dari target sebelumnya 1,3 miliar.
Di sisi lain, Indonesia telah bergabung dengan COVAX sejak tahun lalu untuk mendapatkan kemudahan mengakses vaksin virus corona. Bahkan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 12 Januari 2021 ditunjuk secara resmi sebagai Co-Chair COVAX AMC Engagement Group. Indonesia pun berharap mendapatkan vaksin dari COVAX sebanyak 54 juta.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan