IHSG Rontok 28% Selama Kuartal I karena Saham-saham Ini
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang kuartal pertama 2020 rontok 28%, dari level 6.299 pada 30 Desember 2019 menjadi 4.538 per akhir Maret lalu. Penurunan terjadi semua sektor saham.
Sepanjang tiga bulan pertama, IHSG sempat menyentuh level tertinggi yakni 6.325 pada 14 Januari 2020, atau naik 0,41% sejak awal tahun. Namun, indeks juga pernah berada pada posisi terendah, 3.937 pada 24 Maret 2020 atau turun 37,49%.
Penurunan harga saham di sektor industri dasar dan aneka industri merupakan yang terparah dalam tiga bulan ini. Masing-masing anjlok 41,62% dan 40,21%.
(Baca: IHSG Dibuka Turun Akibat Kejatuhan Saham Konstruksi dan Properti)
Saham di sektor industri dasar yang anjlok cukup dalam yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT), harganya turun 51,83% menjadi Rp 725 per lembar. Lalu, harga saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) terjungkal 49,64% menjadi Rp 5.250 per lembar.
Pada sektor aneka industri, saham berkapitalisasi besar seperti PT Astra International Tbk (ASII), harganya turun 43,68% ke posisi Rp 3.900 per lembar. Begitu juga harga saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), anjlok 43,8% menjadi Rp 145 per lembar.
Meski begitu, ada juga saham berkapitalisasi besar di sektor aneka industri yang menguat di tengah pandemi corona. Harga saham PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) misalnya, naik 11,27% menjadi Rp 4.740 per lembar.
Lalu, harga saham PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) menguat 2,08% menjadi Rp 490 per lembar. (Baca: Masih Dipengaruhi Pandemi Corona, IHSG Diprediksi Melemah)
Pada sektor consumer goods, harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 15,3% menjadi Rp 7250 per lembar. Harga saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga merosot 19,87% menjadi Rp 6.350 per lembar.
Harga saham duo produsen rokok dalam negeri yakni PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) masing-masing turun 22,82% dan 33,1%.
Di sektor telekomunikasi, harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) anjlok 20,8% ke level Rp 3.160 per lembar. Lalu, harga saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) anjlok 26,42% menjadi Rp 905 per saham.
Bahkan, harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN anjlok 65,56% menjadi Rp 775 per lembar. (Baca: IHSG Sesi I Naik Tipis 0,3% di Tengah Penurunan Bursa Saham Asia)
Dari sektor perbankan, PT Bank Negara Indonesia (BBNI) memimpin penurunan, dengan harga saham anjlok 51,8% menjadi Rp 3.820 per lembar. Lalu, harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 39,61% di Rp 4.680 per lembar.
Begitu juga harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masing-masing turun 31,83% dan 17,48%. Alhasil, harga saham keduanya yakni Rp 3.020 dan Rp 27.625 per lembar.
Di tengah pandemi corona, saham sektor farmasi bergerak ke zona hijau. Harga saham (INAF) misalnya, naik 30,12% menjadi Rp 1.080 per lembar. Akan tetapi, harga saham Kimia Farma (KAEF) turun tipis 0,3%.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi sempat menyampaikan, IHSG terkoreksi karena beberapa hal. Pertama, kondisi global terutama penyebaran virus corona yang kian meningkat.
(Baca: Nasabah hingga Ekonom Apresiasi Pembayaran Polis Jatuh Tempo Jiwasraya)
"Tidak hanya secara umum, informasi soal corona yang spesifik di Indonesia, membuat IHSG jadi tertekan," katanya di Padang, Sumatera Barat, beberapa waktu lalu (12/3).
Kedua, kasus PT Asuransi Jiwasraya. Namun, Fachri menilai masalah ini mulai menemui titik terang karena Kementerian BUMN menyatakan Jiwasraya berkomitmen untuk membayarkan cicilan polis pada akhir Maret ini.
Ketiga, proyeksi pertumbuhan ekonomi. "Berita kurang enak lainnya, BI memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi," katanya.
(Baca: Jiwasraya Masih Godok Pembayaran Polis JS Saving Plan Rp 16,3 Triliun)