Terpukul Gejolak Global, Pasar Modal RI 2019 Bisa Cetak Hasil Positif
Sepanjang tahun ini pasar modal Indonesia berhasil mencatatkan sejumlah pencapaian positif di tengah dinamika dan tantangan ekonomi global. Salah satunya yaitu indeks harga saham gabungan (IHSG) yang naik 1,81% secara year to date (ytd).
"Tahun 2019 memberikan sejumlah tantangan, sehingga memberikan dampak terhadap kinerja perusahaan yang tercatat di BEI maupun pergerakan IHSG," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi pada konferensi pers di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12).
Selain itu, BEI mencatatkan adanya peningkatan jumlah investor pasar modal hingga 50% secara tahunan menjadi 2,48 juta investor berdasarkan data single investor identification (SID). Investor saham sendiri tercatat tumbuh 30% menjadi 1,1 juta investor atau SID.
Sementara dari sisi pencatatan saham baru, sepanjang 2019 terdapat 55 perusahaan yang go public atau IPO (initial pulic offering). Ini merupakan jumlah IPO tertinggi di antara bursa-bursa di kawasan Asia Tenggara, dan peringkat 71 di dunia. Sehingga, saat ini secara keseluruhan terdapat 668 emiten di bursa.
(Baca: Tutup Tahun, Rupiah Perkasa ke Rp 13.925 per Dolar AS)
Aktivitas pencatatan efek di BEI sepanjang tahun ini juga diikuti oleh 14 pencatatan exchange traded fund (ETF) baru, dua efek beragun aset (EBA), dua obligasi korporasi baru yang diterbitkan oleh perusahaan tercatat yang baru pertama kali mencatatkan efeknya di bursa.
Selain itu, terdapat dua dana investasi real estate berbentuk kontrak investasi kolektif (DIRE-KIK) dan satu dana investasi infrastruktur berbentuk kontrak investasi kolektif (DINFRA). Dengan begitu, sepanjang tahun ini terdapat 76 pencatatan efek baru di BEI, melebihi target 75 pencatatan efek baru yang direncanakan.
Aktivitas perdagangan BEI sepanjang 2019 juga mengalami peningkatan, yang tercermin dari rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 21% menjadi 469 ribu kali per hari dan menjadikan likuiditas perdagangan saham BEI lebih tinggi diantara bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Adapun rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) turut meningkat 7% menjadi Rp 9,1 triliun dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 8,5 triliun.
(Baca: Pengamat Saham Peringatkan Risiko Koreksi Tajam Bursa Saham AS di 2020)