IHSG Kembali Ditutup Melemah Usai Jokowi Minta Suku Bunga Kredit Turun
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (7/11) ditutup melemah 0,84% ke level 6.165,62. Penurunan tersebut sejalan dengan aksi investor asing yang melakukan jual bersih di pasar reguler pada hari ini sebesar Rp 1,21 triliun.
Aksi jual investor asing terbesar hari ini dilakukan terhadap saham emiten perbankan, salah satunya milik PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai bersih Rp 714,03 miliar. Saham bank pelat merah ini anjlok hingga 3,85% ke level Rp 4.000 per saham.
Penurunan saham BBRI ini melanjutkan penurunan yang terjadi pada hari sebelumya sebesar 3,26% menjadi Rp 4.160 per saham.
Analis Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial menyatakan, saham emiten perbankan sejak perdagangan kemarin terus terkoreksi. Penurunan saham disinyalir seiring dengan permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada sejumlah perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit.
Sebelumnya, presiden Jokowi meminta industri perbankan menurunkan suku bunga kredit. Pasalnya, Bank Indonesia secara bertahap menurunkan suku bunga acuan hingga 5%. Ditambah lagi, suku bunga di negara-negara lain sudah mulai turun.
"Jadi market punya persepsi bahwa akan ada intervensi suku bunga," katanya kepada katadata.co.id, Kamis (7/11).
(Baca: Jokowi Minta Bunga Kredit Turun, Perbankan Masih Cermati Kondisi Pasar)
Padahal, menurutnya harus disadari bahwa pelonggaran kebijakan moneter seperti penurunan suku bunga, membutuhkan penyesuaian waktu (time lag) yang tak sebentar. Sehingga, suku bunga akan turun dengan sendirinya, kendati memakan waktu 9 hingga 12 bulan.
"Sepertinya ini reaksi berlebihan, karena pemerintah tahu suku bunga itu tidak bisa diintervensi," kata Janson.
Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama justru berpandangan berbeda. Ia mengatakan, terkoreksinya IHSG hari ini dikarenakan kekhawatiran pelaku pasar akan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi global. "Sehingga, mereka cenderung lebih mengamankan instrumen investasi terlebih dahulu, baik ke obligasi pemerintah maupun emas," katanya.
Padahal, data ekonomi hari yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada Oktober 2019 mencapai US$ 126,7 miliar, naik US$ 2,4 miliar dibanding bulan sebelumnya. "Ternyata hal tersebut tidak menyebabkan terjadinya euforia bagi market untuk masuk ke pasar modal di tanah air," kata Nafan.
(Baca: IHSG Berpotensi Bergerak Fluktuatif Jelang Rilis Cadangan Devisa RI)
Total volume perdagangan di pasar modal sepanjang hari ini tercatat sebesar 10,47 miliar saham, dengan nilai transaksi Rp 8,31 triliun, dan dengan frekuensi sebanyak 606 ribu kali. Tercatat ada 111 saham yang berada di zona hijau, 308 saham lainnya terkoreksi dan 144 saham bergerak stagnan.
Beberapa bursa saham Asia lainnya berhasil ditutup berada di zona hijau. Seperti Nikkei 225 Index yang ditutup naik 0,11%. Lalu, Hang Seng Index juga naik 0,57%. Berikutnya Shanghai Composite Index juga naik tipis 0,00%. Lalu, Strait Times Index juga naik 0,71%.