Harga Batu Bara Merosot, Laba Bersih Bumi Resources Makin Anjlok
Penurunan laba bersih Bumi Resources Tbk (BUMI) berlanjut. Perusahaan tambang grup Bakrie tersebut mencatatkan laba bersih konsolidasi US$ 76,07 juta atau sekitar Rp 1,07 triliun pada Januari-September 2019, turun 63% secara tahunan. Penurunan ini lebih dalam dari periode sama tahun lalu yaitu 22,19% secara tahunan.
Laba bersih anjlok seiring turunnya pendapatan dan naiknya beban. Berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit, pendapatan tercatat US$ 3,41 juta, turun 7% dibandingkan periode sama tahun lalu 3,67 juta. Sedangkan beban pokok pendapatan tercatat US$ 2,8 miliar, naik 4% dibandingkan periode sama tahun lalu.
(Baca: Restrukturisasi Utang, Bumi Resources Bayar Cicilan Ketujuh Rp 447 M)
Perusahaan menyatakan penurunan laba bersih ini akibat kondisi ekonomi global dan sektoral yang kurang mendukung. “Ini menyebabkan kondisi yang tidak seimbang antara pasokan dan permintaan, dan harga yang lebih rendah,” demikian tertulis dalam keterangan resmi perusahaan, Jumat (1/10).
Volume penjualan batu bara Bumi Resources tercatat naik 5% menjadi 63,1 metrik ton. Namun, realisasi harga turun 11% ke level US$ 52,6/ton.
Secara rinci, volume penjualan batu bara Kaltim Prima Coal naik 12% menjadi 45,5 metrik ton. Di sisi lain, volume penjualan batu bara Arutmin sebesar US$ 17,6 metrik ton, turun 9%.
(Baca: Setelah Rugi, Emiten Grup Bakrie Ini Akhirnya Cetak Untung Rp 14 M)
Meski laba bersih turun, namun arus kas perusahaan tercatat membaik. Arus kas neto yang diperoleh untuk aktivitas operasi tercatat US$ 13,8 juta, berbalik dari kondisi negatif US$ 42,4 juta pada periode sama tahun lalu.