Dirutnya Jadi Wakil Menteri BUMN, Saham Bank Mandiri Anjlok 2,42%
Saham Bank Mandiri (BMRI) pada perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat (25/10) bergerak terkoreksi hingga 1,73% menjadi di harga Rp 7.100 per saham. Penurunan ini bertepatan dengan pemanggilan Direktur Utamanya, Kartika Wirjoatmodjo, oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Memasuki sesi II, turun semakin dalam dan sempat menyentuh level Rp 7.050 atau turun 175 poin (2,42%), yang merupakan level terendahnya sepanjang hari ini. Padahal, pada sesi I saham bank pelat merah ini sempat menyentuh level tertingginya di Rp 7.275 per saham atau naik 0,69%.
Hingga pukul 14.00 wib, total volume saham Bank Mandiri yang diperdagangkan mencapai 17,56 juta saham, dengan nilai transkasi mencapai Rp 125,63 miliar. Saham ini ditransaksikan dengan frekuensi sebanyak 3.782 kali oleh investor. Sementara itu investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) saham ini di seluruh pasar sebesar Rp 30,56 miliar.
Meski bergerak terkoreksi, namun Analis Royal Investium Sekuritas, Janson Nasrial menyampaikan bahwa terkoreksinya saham Bank Mandiri sama sekali tidak ada hubungannya dengan Tiko, sapaan akrab Kartika yang dipanggil untuk menjadi Wakil Menteri BUMN. "Tidak ada hubungannya dengan itu," katanya hari ini.
(Baca: Kartika Wirjoatmodjo, Bankir yang Ditunjuk Jadi Wakil Menteri BUMN)
Nyatanya, saham-saham di industri perbankan pada perdagangan sesi pertama ini kompak terkoreksi. Secara sektoral, sektor finansial bergerak terkoreksi 0,66%. Saham perbankan yang turun selain Bank Mandiri, seperti Bank Central Asia (BBCA) turun 0,40% menjadi Rp 31.375 per saham, serta saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang turun 0,47% menjadi Rp 4.280 per saham.
Kemudian saham Bank Negara Indonesia (BBNI) juga bergerak di zona negatif dengan turun 0,95% menjadi Rp 7.825 per saham; saham Bank CIMB Niaga (BNGA) juga terkoreksi 0,48% menjadi Rp 1.030 per saham. Bank OCBC NISP (NISP) juga tercatat turun 1,74% menjadi Rp 845 per saham.
Sedangkan saham Bank Mayapada Internasional (MAYA) anjlok 3,61% menjadi Rp 8.000 per saham. Bank Danamon (BDMN) juga turun 0,66% menjadi Rp 4.500 per saham serta saham Bank BTPN (BTPN) tercatat terkoreksi 0,91% menjadi Rp 3.270 per saham.
Meski begitu, ada beberapa saham di sektor ini yang bergerak menguat seperti Bank Permata (BNLI) yang sahamnya naik hingga 1,89% mejadi Rp 1.350 per saham. Lalu, ada saham Bank Pan Indonesia (PNBN) yang naik 0,39% menjadi Rp 1.275 per saham.
(Baca: Kredit Mulai Bermasalah, Bank Mandiri Ingin Jual Jaminan Aset Duniatex)
Janson menambahkan, turunnya saham-saham perbankan ini disebabkan koreksi yang wajar. Hal itu karena sektor perbankan sudah naik sekitar 4% hingga 5% dalam perdagangan tiga hari terkahir. "Koreksi wajar saja sebenanrnya," ujarnya.
Namun, menurutnya, tanda-tanda perlambatan ekonomi sudah mulai nampak. Hal itu dengan melihat dari laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya 5%, sementara pertumbuhan kredit mencapai 8% selama Agustus 2019. "Bahkan, IMF juga memprediksi perlambatan ekonomi di kawasan Asia Pasifik," kata Janson.
Senada, Analis RHB Sekuritas, Henry Wibowo juga mengatakan, koreksi yang terjadi pada saham-saham sektor perbankan, merupakan hal yang wajar karena terjadi koreksi yang sehat. "Karena kemarin sudah naik banyak sekali ya, sekitar 3% sampai 5%," kata Henry.
(Baca: Harga Saham Bank BUMN Rontok Akibat Melambatnya Kredit pada Agustus)