Sinarmas Bantah Bidik Saham Media Bakrie, Harga Saham VIVA Melejit

Image title
12 Juni 2019, 20:19
private placement Viva, Sinarmas Group, Pieter Tanuri, Lativi
Katadata | Arief Kamaludin
Sinar Mas Group, bersama pengusaha Pieter Tanuri, diisukan bakal menjadi pemegang saham PT Visi Media Asia Tbk (VIVA).

Sinar Mas Group, bersama pengusaha Pieter Tanuri, diisukan bakal menjadi pemegang saham PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Keduanya akan masuk ke perusahaan itu melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias private placement.

Namun, Managing Director Sinar Mas Group Gandhi Sulistiyanto menampik isu tersebut, tanpa menjelaskan alasannya. "(Isu masuknya Sinarmas ke VIVA) tidak benar," katanya ketika dihubungi, Rabu (12/6). Sementara, dihubungi secara terpisah, Pieter Tanuri belum merespons pesan singkat maupun telepon dari Katadata.co.id.

Akibat rumor itu, saham VIVA hari ini ditutup pada level Rp 129 persaham atau menguat 2,38% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. Bahkan, saham VIVA berdasarkan RTI Infokom, sempat menyentuh harga Rp 137 per saham ataumenguat hingga 8,7%.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, isu masuknya Sinar Mas Group dan Pieter Tanuri ke VIVA menjadi sentimen positif pada perdagangan sahamnya. Penyebabnya, rata-rata kinerja fundamental emiten milik Sinarmas Grup banyak yang positif. "Sehingga, harga saham VIVA naik," katanya melalui pesan singkat, rabu (12/6).

(Baca: Suksesi Grup Bakrie setelah 2002, Anindya Pimpin Bakrie & Brothers)

Analis Panin Sekuritas William Hartanto berpendapat berbeda. Ia mengatakan, isu yang beredar hanya menjadi pemicu bagi investor untuk melirik saham VIVA hari ini. Fundamental bisnis VIVA, menurut dia, dalam keadaan baik sehingga harga sahamnya pun berada di zona hijau.

"Sebenarnya tidak berpengaruh apa-apa. Tapi, rumor ini sudah langsung direspons pasar, seolah akan ada pembelian dalam jumlah besar karena VIVA diminati oleh investor," kata William.

Fundamental bisnis yang baik tersebut, menurut William, terkait upaya VIVA untuk melakukan diversifikasi konten melalui berbagai media, seperti Youtube. Diversifikasi secara digital ini lalu dipadukan dengan tayangan televisi free to air (FTA) yang dimiliki oleh VIVA.

"Justru, kalau fundamental VIVA baik, itulah yang jadi alasan mereka mau masuk VIVA. Fundamental tidak dipengaruhi oleh pembelian dari investor," kata William.

(Baca: VIVA Berencana Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun)

VIVA sebelumnya melaporkan bakal menerbitkan sebanyak-banyaknya 1,64 miliar saham baru melalui private placement. Pada prospektus di keterbukaan informasi yang diunggah ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin 18 Maret lalu, perusahaan milik grup Bakrie ini melakukan aksi korporasi ini untuk membayar utang anak usahnya, yaitu PT Lativi Mediakarya (Lativi).

Lativi saat ini memiliki utang berdasarkan senior facility agreement yang jatuh tempo sampai Oktober 2019 senilai US$ 9,40 juta atau setara Rp 136,3 miliar (kurs Rp 14.500 per dolar AS).

Di sisi lain, Lativi juga masih membutuhkan modal kerja untuk mengembangkan kegiatan usaha, yang antara lain berasal dari kas internal hasil usahanya. "Lativi memerlukan sumber pendanaan alternatif untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang dan kebutuhan modal kerja tersebut," tulis prospektus tersebut.

Selain untuk membayar utang anak usahanya, dana dari private placement tersebut juga bakal digunakan VIVA untuk kebutuhan modal kerja karena perusahaan membutuhkan dana dalam rangka mengembangkan kegiatan usahanya pada tahun ini.

(Baca: Grup Viva Mencari Mitra Bisnis Baru )

Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...