Pemegang Saham Restui Merger Bank Dinar dengan Bank Oke
PT Bank Dinar Indonesia Tbk. (DNAR) mendapatkan restu dari pemegang saham untuk rencana penggabungan atu merger dengan PT Bank Oke Indonesia. Restu tersebut dikantongi Bank Dinar dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diadakan Senin (11/3) di Hotel Alila, Jakarta.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diunggah Selasa (12/3), pemegang saham juga menyetujui untuk membeli saham dari pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui rencana penggabungan tersebut dengan harga Rp 390 per lembar. Harga ini lebih tinggi dari harga wajar hasil penilaian independen KJPP Suwendho Rinaldi & Rekan (SRR) yaitu sebesar Rp 324 per lembar.
Ada pun pemegang saham minoritas yang berhak dibeli kembali sahamnya adalah pemegang saham yang telah mengajukan surat keberatan dan tidak menyetujui atas rencana penggabungan selambat-lambatnya tujuh hari sebelum panggilan RUPSLB.
RUPSLB lainnya juga menyetujui peningkatan modal dasar Bank Dinar dari sebelumnya Rp 500 miliar menjadi Rp 2,5 triliun. Selain itu, rapat menyetujui nama bank hasil pengabungan Bank Dinar menjadi PT Bank Oke Indonesia Tbk. yang dilakukan setelah selesai pelaksanaan operasional merger.
(Baca: Perusahaan Keuangan Korea Tuntaskan Akuisisi 77% Saham Bank Dinar)
Dalam rapat yang dihadiri oleh sebanyak 94,31% dari seluruh jumlah saham dengan hak suara ini menyekapati perubahan pengurus perusahaan. Perubahan pengurus tersebut di antaranya Komisaris Utama diduduki oleh Kim In Hwan yang sebelumnya dijabat oleh Syaiful Amir.
Lalu, Direktur Utama yang sebelumnya dijabat oleh Hendra Lie, disetujui untuk dijabat oleh Lim Cheol Jin. Namun, Hendra Lie saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur Utama. Direktur Kepatuhan yang sebelumnya dijabat oleh Idham Aziz, berganti menjadi Efdinal Alamsyah. Namun, Pengangkatan anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris berlaku efektif setelah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebelumnya, OJK telah memberikan pernyataan efektif atas rencana penggabungan kedua perusahaan itu pada Senin (4/3). Penggabungan ini merupakan langkah yang ditempuh usai perusahaan keuangan asal Korea Selatan Apro Financial Co Ltd, menuntaskan akuisisi 77% saham Bank Dinar senilai Rp 691 miliar.
Manajemen Apro Financial Kim Dong Hoon mengatakan, perseroan membeli 1,74 miliar saham atau 77% dari total saham Bank Dinar dengan harga Rp 396,89 per saham pada 25 Oktober 2018. "Tujuan transaksi untuk pengembangan usaha perseroan," kata Kim dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia.
(Baca: Rencana Merger Bank Dinar dan Bank Oke Mendapat Restu OJK)
Apro Financial membeli saham Bank Dinar dari tiga pemegang saham individu. Perusahaan membeli 656,06 juta saham atau 34,16% saham Bank Dinar dari Yantoni Nio senilai Rp 260,38 miliar. Kemudian, perusahaan membeli 475,89 juta saham atau 21,17% saham Bank Dinar dari Andre Mirza Hartawan senilai Rp 188,87 miliar.
Apro juga membeli 237,94 juta saham atau 10,58% saham Bank Dinar dari Syaiful Amir senilai Rp 94,44 miliar. Pasca transaksi saham tersebut, komposisi pemegang saham Bank Dinar terdiri atas Apro Financial sebesar 77%, Nio Yantoni 5%, dan pemegang saham publik 18%. Andre Mirza Hartawan dan Syaiful Amir tidak lagi memiliki saham di bank tersebut.