Lihat Pengalaman, Stanchart Sebut Investasi Saham Menarik Saat Pemilu
Standard Chartered Bank Indonesia memprediksi investasi saham bakal menarik di tahun politik atau tahun pemilihan umum (Pemilu). Prediksi tersebut dengan melihat baiknya kinerja saham pada tahun-tahun Pemilu sebelumnya.
"Kinerja IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) 2009 di atas 20%. Di tahun 2014, malah kinerjanya di atas 40%," kata Managing Director and Head Wealth Management Stanchart Bambang Simarno di Jakarta, Senin (11/2).
Menurut dia, prospek positif investasi saham tahun ini sudah tercermin dari IHSG yang telah kembali ke kisaran 6.400-6.500. Pada perdagangan Senin (11/2) in, IHSG ditutup di level 6.495 atau naik 4,85% sepanjang tahun ini (year to date).
(Baca: 10 Saham Tercuan Pekan Enam, Saham Smartfren Naik Hingga 56%)
Adapun hasil Pemilu diyakininya tidak akan memengaruhi kinerja saham. Sebab, yang lebih diperhatikan investor adalah kondisi fundamental ekonomi domestik. Ditambah lagi, petahana dan pesaingnya memiliki agenda ekonomi yang sama.
"Siapa pun presidennya, agendanya sama yaitu memajukan perekonomian, memperbaiki infrastruktur, dan mengejar pertumbuhan ekonomi di atas 5,2%," ujar Bambang.
Sikap investor ini, menurut dia, sudah tercermin dari aliran masuk investasi asing ke pasar saham dan obligasi domestik sepanjang Januari lalu. Ini terjadi seiring meredanya tensi perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok dan perubahan sikap bank sentral AS yang menjadi konservatif dalam mengerek bunga acuannya.
(Baca: Dana Asing Masuk Tembus Rp 40 Triliun, Tren Penguatan Rupiah Berlanjut)
Sebelumnya, hasil survei Katadata Investor Confidence Index (KICI) juga menunjukkan bahwa investor institusi tidak mengkhawatirkan kondisi perekonomian dalam negeri sebagai risiko yang mengancam kondisi pasar modal untuk saat ini hingga tiga bulan kedepan. Mereka lebih mengkhawatirkan risiko dari kondisi perekonomi global.
Survei yang dilakukan terhadap 172 investor institusi yang terdiri dari manajer investasi, dana pensiun, dan asuransi menunjukkan mayoritas responden atau sebanyak 40,1% investor intitusi mengkhawatirkan perkembangan ekonomi global. Hanya sebanyak 4,1% responden yang mengkhawatirkan risiko dari perekonomian domestik.
Adapun seiring kinerja saham yang positif, Bambang memperkirakan kinerja reksa dana saham akan baik. Selain itu, prospek obligasi akan menarik terutama obligasi global berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS).