Margin Laba Dua Emiten Kebun Grup Salim Tergerus Kenaikan Beban

Image title
Oleh Ekarina
2 Maret 2018, 11:00
Kelapa sawit
Arief Kamaludin|KATADATA


(baca juga : Rekor Tertinggi, Ekspor Minyak Sawit 2017 Tembus US$ 22,9 Miliar)

Penurunan margin laba bruto yang disertai dengan kenaikan usaha dan menurunnya penghasilan operasi lain seiring pengakuan one-off atas penyelesaian klaim pada sepanjang tahun 2016 menyebabkan laba usaha turun 11% secara tahunan menjadi Rp1,82 triliun dengan perolehan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada akhirnya turun sebesar 5% menjadi Rp512 miliar.

Industri kelapa sawit masih menanti momentum perkembangan harga sawit. Meski begitu, perbaikan ekonomi dunia yang mendorong peningkatan permintaan CPO baik dari negara seperti India, China maupun dari negera penghasilnya seperti Malaysia maupun Indonesia diharapkan bisa menjadi sentimen positif bagi emiten cpo, seperti PP London Sumatera dan Salim Ivomas, menurut Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada kepada Katadata.

"Sementara itu industri sawit juga harus mulai mewaspadai faktor cuaca ekstrem yang mempengaruhi produktivitas tanaman maupun isu-isu terkait kebijakan yang berpotensi menjadi sentimen yang bisa mempengaruhi harga di pasar komoditas," ungkapnya.

Sebelumnya, harga minyak sawit mentah atau CPO mengalami peningkatan. Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), nilai ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 mencapai US$ 22,97 miliar, naik 26% dibandingkan 2016 sebesar US$ 18,22 miliar. Melonjaknya ekspor menyebabkan nilai sumbangan devisa minyak sawit ikut meningkat.

“Nilai ekspor minyak sawit tahun 2017 merupakan nilai tertinggi yang pernah dicapai sepanjang sejarah ekspor,” kata Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang kepada wartawan di Jakarta, Selasa (30/1).

Sedangkan secara volume, ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 juga tercatat tumbuh 23,6% menjadi 31,05 juta ton dari 25,11 juta ton pada 2016, di luar ekspor biodiesel dan oleochemical. Peningkatan ekspor itu terjadi seiring dengan perluasan pasar ekspor non tradisional.

Data Gapki juga menunjukan, volume ekspor minyak sawit ke pasar non tradisional seperti Afrika melonjak tajam hingga 50% dari 1,52 juta ton menjadi 2,29 juta ton pada 2017 . Sedangkan ekspor ke Timur Tengah juga meningkat sebesar 7%, dari 1,98 juta ton menjadi 2,12 juta ton.

Permintaan yang cukup tinggi juga datang dari Uni Eropa, dimana ekspor ke negara tersebut tercatat meningkat 15%, dari 4,37 juta ton menjadi 5,03 juta ton di 2017 diikuti ekspor ke Amerika Serikat (AS) naik 9%, dari 1,08 juta ton ke 1,18 juta ton serta ekspor ke Bangladesh naik 36%, dari 922,85 ribu ton menjadi 1,26 juta ton.

Harga rata-rata minyak sawit pada 2017 pun tercatat tercatat mengalami peningkatan menjadi sebesar US$ 714,3 per metrik ton dibandingkan 2016 yang hanya sebesar US$ 700,4 per metrik ton.

Gapki memprediksi nilai dan volume ekspor pada 2018 diharapkan sejalan dengan target pertumbuhan produksi sebesar 10%. Untuk mengejar peningkatan tersebut, sejumlah pasar tradisional pun saat ini tengah di sasar seperti Timur Tengah, Iran, dan Pakistan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...