IHSG Diproyeksi Bakal Tembus 6.000 di Kuartal IV
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan akan berbalik dari penurunan yang terjadi, terutama sejak sepekan terakhir. Beberapa analis optimistis, indeks akan mampu mencetak rekor baru menembus level 6.000 pada kuartal IV-2017. Namun, realisasinya tidak akan mudah karena harus memenuhi beberapa faktor.
Direktur EMCO Asset Management Hans Kwee memprediksi hingga pekan depan IHSG masih akan mengalami penurunan. Alasannya, masih adanya sentimen negatif dari konflik antara Amerika Serikat (AS) dengan Korea Utara, rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve, dan rencana penyeimbangan neraca AS di bulan Oktober.
Sedangkan, dari faktor domestik sentimen masih cukup positif walaupun kebijakan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunganya membuat rupiah melemah. Namun, pada kuartal IV-2017, Hans memprediksi, IHSG akan berbalik arah dan mencetak rekor barunya di level 6.000.
"Mungkin baru bisa terjadi di November atau Desember. Tapi kami bilang tidak akan mudah," ujar Hans saat dihubungi Katadata, Jakarta, Jumat (29/9).
Menurutnya, salah satu faktor yang akan menyebabkan sulitnya indeks mencapai rekor tersebut adalah harga saham yang sudah terlalu mahal. Karenanya, apabila indeks telah mencapai level 5.900 an, maka, akan banyak aksi ambil untung (profit taking) oleh para investor, sehingga, tidak bisa mengangkat IHSG bergerak cepat ke atas.
(Baca: Penurunan Suku Bunga BI Bisa Jadi Stimulus Saham Sektor Riil)
Meski begitu, akan ada beberapa faktor pendorong pergerakan IHSG pada kuartal akhir tahun ini. Hans menjelaskan di akhir tahun, biasanya investor sudah akan memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh pada tahun depan. Sehingga mereka mulai kembali menanamkan investasinya di pasar saham.
Selain itu, pemerintah akan mulai melakukan pembayaran terhadap proyek-proyeknya pada akhir tahun. Oleh karenanya, emiten-emiten di sektor infrastruktur dan finance akan memiliki kinerja yang bagus untuk menjadi penopang laju IHSG. Selain itu, diharapkan kinerja sektor properti dan konstruksi ikut mengalami perbaikan karena harganya yang sudah cukup rendah saat ini.
"Diharapkan sektor properti dan konstruksi akan bergerak cukup bagus ya untuk menopang laju IHSG. Sedangkan, yang lain juga harusnya cukup bagus biar bisa membantu juga," ujar Hans. (Baca: Ditopang Perbankan, IHSG Bisa Capai Rekor Tertinggi Tahun Ini)
Sementara itu, Analis Kresna Sekuritas William Mahmudi menyatakan pelemahan yang terjadi sepekan terakhir ini memang sudah diprediksi sebelumnya. Adanya aksi penjualan ini lebih kepada aksi ambil untung di pasar saham dan mulai mengalihkan ke instrumen investasi lainnya.
"Terlihat dari yield pasar obligasi yang terus menurun. Ini menunjukan ada peralihan investasi," ujarnya.
Namun, hal tersebut bukanlah sesuatu yang cukup mengkhawatirkan. Karena, sekitar 3 pekan ke depan, akan ada laporan keuangan emiten-emiten yang diharapkan dapat positif sehingga bisa memacu kembali laju IHSG, hingga menembus level 6.000.