September, Anak Usaha Garuda Lepas 15-30 Persen Saham ke Publik
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF) berencana untuk melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada bulan September tahun ini. Rencananya, anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, dalam bidang pemeliharaan pesawat terbang tersebut akan melepas sekitar 15-30 persen sahamnya ke publik.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansyuri mengatakan, saat ini proses IPO GMF berjalan dengan cukup baik. Rencananya, penawaran saham perdana ini akan dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2017. Saat ini persiapannya mencakup proses dokumentasi, proses legal, dan uji kelayakan (due diligence) untuk menentukan berapa besar dana yang diperlukan.
"Termasuk nanti kami melakukan registrasi yang akan dilakukan bulan Agustus 2017," ujar Pahala saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (14/7). (Baca: Punya Dirut Baru, GMF Ditargetkan IPO Tahun Ini)
Pahala menjelaskan, sejauh ini, GMF berencana untuk melepas sekitar 15-30 persen sahamnya ke publik. Menurutnya, aksi korporasi ini akan dilakukan dalam bentuk penerbitan saham baru. Meskipun demikian, dirinya masih belum bisa menjelaskan berapa dana yang ditargetkan akan terhimpun dari proses IPO ini.
Alasannya, baik pihak Garuda Indonesia maupun GMF masih melakukan evaluasi dan revaluasi terhadap aset dan kinerja dari GMF untuk bisa menentukan besaran harga saham yang akan dilepas. Sedangkan, untuk penjamin emisi efek (underwriter), sudah ada empat perusahaan yang membentuk join lead yakni Mandiri Sekuritas, BNI Sekuritas, Bahana Sekuritas, dan Danareksa Sekuritas.
(Baca: Belum Siap, IPO Sembilan Anak Usaha BUMN Mundur ke Akhir 2017)
Nantinya, dana yang diperoleh dari hasil IPO ini akan digunakan untuk memperkuat struktur keuangan perusahaan. Selain itu, untuk investasi proyek baru seperti melakukan joint venture (usaha patungan) dengan perusahaan serupa dan beberapa pengembangan lainnya seperti engine workshop yaitu melakukan pengembangan dalam bisnis GMF dalam perbaikan mesin pesawat.
"Saat ini kan yang sudah aktif bisa kami lakukan adalah di bidang life maintenance, yakni perbaikan badan pesawat. Jadi, kami memang akan melakukan pengembangan bisnis yang sebelumnya masih sedikit dilakukan," ujarnya.
Aksi korporasi ini dilakukan untuk menunjang target pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan. Tahun ini GMF ditargetkan meraih pendapatan sebesar US$ 454 juta dengan laba bersih sebesar US$ 69 juta. Target pendapatan tumbuh 17,3 persen dan laba bersih 19 persen dibandingkan realisasi tahun lalu. (Baca: Jasa Armada Akan Jadi Anak BUMN Pertama yang Go Public 2017)
Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto mengatakan tengah berusaha mencapai visi perusahaan masuk dalam 10 besar perusahaan MRO (Maintenance, Repair, dan Overhaul) dunia atau Top 10 MRO in The World pada 2020. Target ini akan dicapai dengan berbagai strategi yang dilakukan, melalui 3 pilar utama yaitu Human Centric, Business Expansion, dan Technology Driven.
“Dukungan terhadap Garuda Indonesia Group dan fokus terhadap pengembangan bisnis menjadi hal utama yang akan dilakukan,” ujarnya.
Saat ini, GMF telah mendapat Certificate of Approval dari DKPPU (Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara) Kementrian Perhubungan RI, Federal Aviation Administration (FAA – Amerika), European Aviation Safety Agency (EASA – Eropa), Civil Aviation Security Authority (CASA – Australia) serta lebih dari 25 negara lain di dunia. Pada tahun 2016 lalu, GMF mendapat predikat “low risk” MRO dari badan otoritas Amerika (FAA), dan di tahun 2017 meningkat menjadi MRO dengan “Very High Level Quality”.