Pasar Telah Antisipasi Kontraksi Ekonomi, IHSG Sesi I Naik 0,17%
Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada perdagangan sesi pertama Rabu (5/8), naik 0,17% ke level 5.083,55. Padahal, pagi ini indeks melaju fluktuatif dengan sempat turun 0,9% ke level 5.062,81.
Analis CSR Institute, Reza Priyambada, mengatakan rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi sebesar -5,3% sudah diantisipasi oleh para pelaku pasar. Hal ini tercermin dari naiknya IHSG, walaupun sebelum pengumuman indeks sempat masuk ke zona merah.
“Ini kan sudah diantisipasi. Pengamat dan bahkan Menkeu juga mengatakan bahwa PDB (produk domestik bruto) kuartal II akan mengalami kontraksi. Tinggal seberapa persen kontraksi tersebut,” katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (5/8).
Reza menilai pelaku pasar memaklumi kontraksi ekonomi di kuartal kedua ini. Sebab, kebijakan pemerintah, seperti pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengganggu aktivitas ekonomi. “Karena kan toko dan pabrik pada tutup. Selain aktivitas lainya dibatasi. Jadi pelaku pasar sudah antisipasi,” ujarnya.
Reza memprediksi, IHSG akan tetap menguat pada sesi perdagangan kedua nanti. Meskipun kenaikannya tidak signifikan seperti penutupan perdagangan, Selasa (4/8) kemarin, yang naik 1,37%. “Sesi kedua akan tetap naik, meski tidak seagresif kemarin angkanya,” jelasnya.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas. M Nafan Aji Gusta Utama mengatakan kenaikkan indeks saham tersebut dipengaruhi data ekonomi yang positif.
“Kenaikan IHSG lebih ke sentimen meningkatnya kinerja PMI Manufaktur Indonesia, Tiongkok, negara-negara Eropa, dan bahkan Amerika Serikat (AS),” kata Nafan, kepada Katadata.co.id.
Sentimen positif lainnya, kata Nafan, perkembangan penelitian atau uji coba klinis vaksin Covid-19 yang semakin positif di berbagai negara. Ditambah, beragam program stimulus yang dilakukan oleh negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. “Berarti di sini faktor global yang paling berpengaruh,” ujarnya.
Seperti diketahui, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI kuartal II 2020 terkontraksi sebesar 5,32% secara tahunan atau year on year. Realisasi ini lebih buruk dibandingkan prediksi pemerintah sebesar -4,3% maupun realisasi kuartal I 2020 yang masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,97%.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pandemi corona membawa dampak luar biasa buruk terhadap kesehatan hingga perekonomian, terutama konsumsi masyarakat. BPS mencatat PDB atas dasar harga konstan pada kuartal II 2020 sebesar Rp 2.589,6 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.687,6 triliun.
"Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi 5,32% secara tahunan atau yoy. Dibandingkan kuartal I, pertumbuhan ekonomi minus 4,92%," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/8).
Dari sisi pasar modal, total transaksi saham 5,4 miliar saham dengan nilai total transaksi Rp 4,7 triliun. Tercatat ada 165 saham yang menguat, berbanding 221 saham yang turun. Investor asing masih mencatatkan net sell senilai Rp 245,8 miliar di seluruh pasar.